Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri manufaktur Indonesia makin menggeliat. Ini tercermin dari peningkatan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang meningkat menjadi 50,9 pada Desember 2022.
Angka ini naik 0,6 poin jika dibandingkan pada bulan sebelumnya yang tercatat 50,3. Angka ini merupakan level tertinggi dalam tiga bulan terakhir dan juga konsisten tetap di level 50 selama 16 bulan berturut-turut.
Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence Jingyi Pan, mengatakan, data PMI Manufaktur Indonesia pada Desember 2022 menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia membaik pada akhir tahun ini. Membaiknya sektor manufaktur ini lantaran ada kenaikan permintaan yang mendukung kenaikan produksi. Tentu hal ini juga mengerek aktivitas pembelian dan juga penciptaan lapangan pekerjaan.
"Ekspansi lebih cepat pada output dan penjualan dan juga berkurangnya tekanan harga merupakan perbaikan yang diharapkan," ujar Jingyi dalam keterangan resminya, Senin (2/1).
Baca Juga: Kementerian Investasi/BKPM Menawarkan Investasi Senilai Rp 37 Triliun di 13 Provinsi
Hanya saja, Jingyi melihat, secara keseluruhan memang kenaikan produksi dan permintaan masih lemah. Terutama, inflasi harga output turun ke posisi terendah sejak bulan Mei 2021, menunjukkan bahwa tekanan harga untuk pelanggan (pembeli) telah turun ke posisi terendah dalam kurun waktu lebih dari 1,5 tahun dan diperkirakan akan mendukung kenaikan permintaan pada masa mendatang.
"Terlebih lagi, pertumbuhan terbarukan pada tingkat inventori yang berakar dari kondisi permintaan yang lebih baik, merupakan tanda-tanda titik balik sektor," kata Pan.
Dalam laporannya, produksi manufaktur Indonesia mengalami ekspansi pada kisaran lebih cepat pada bulan Desember. Hal ini didorong oleh kenaikan permintaan atas barang-barang produksi Indonesia. Kondisi permintaan ini menyebabkan kenaikan pesanan baru pada bulan Desember.
Baca Juga: Para Konglomerat Ini Raih Cuan Jumbo dari Investasi di Sektor Batubara
Hanya saja, kenaikan ini utamanya terpusat pada pasar domestik. Permintaan asing kembali turun karena terbebani oleh penurunan kondisi perekonomian global. Akan tetapi, tingkat penurunan permintaan baru internasional jauh lebih lambat dibandingkan pada bulan November.
S&P global memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan mencapai 4,4% pada 2023. Angka ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan PDB Indonesia yang diperkirakan bisa mencapai 5,2% di tahun ini. Sementara itu, ekspansi manufaktur di awal tahun depan masih akan terkendala pasokan bahan baku lantaran cuaca buruk yang menyebabkan gangguan pasokan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News