Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja ekspor Indonesia pada Oktober 2021, diperkirakan masih moncer sejalan dengan kenaikan harga sejumlah komoditas. Hal ini yang mendorong kembali surplus neraca perdagangan pada Oktober.
Sejumlah ekonom yang dihubungi KONTAN memperkirakan, ekspor Indonesia pada Oktober 2021 meningkat dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Meskipun ada sedikit penurunan dibandingkan dengan bulan September 2021.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan, ekspor Oktober 2021 meningkat 49,94% year on year. Bahkan pertumbuhannya lebih tinggi dibanding bulan September 2021 yang sebesar 47,63% yoy.
Pertama, kenaikan ekspor didorong oleh meningkatnya aktivitas manufaktur negara-negara mitra dagang Indonesia, terlebih di negara-negara Asia. Kedua, peningkatan harga komoditas, terutama batubara dan Crude Palm Oil (CPO) yang cukup tinggi.
Baca Juga: Kenaikan harga minyak dunia diproyeksi bisa menyulut inflasi dalam negeri
Sebagai gambaran, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batubara acuan (HBA) sebesar US$ 161,63 per metrik ton, naik US$ 11,60 per metrik ton dibanding HBA September 2021.
Namun, momentum naiknya harga komoditas ini hanya jangka pendek sehingga Indonesia tak bisa selamanya bergantung pada komoditas.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memperkirakan, ekspor pada bulan Oktober 2021 naik 4,21% month to month (mtm) dan tumbuh 49,5% yoy.
Mendorong hilirisasi
David juga mengingatkan bahwa Indonesia tidak bisa terus-menerus bergantung pada komoditas. "Indonesia harus mendorong hilirisasi. Karena kalau bergantung terus-terusan bisa bahaya karena energi tidak bisa diperbaharui dan pada suatu saat akan habis," kata David.
Baca Juga: Sembari Menanti Data Inflasi AS, Rupiah Tertekan Cadangan Devisa
Menurut David, Indonesia masih perlu melakukan hilirisasi baik produk ekspor maupun negara tujuan ekspor. Apalagi, Indonesia sudah memiliki pasar untuk ekspor barang elektronik, pakaian, alas kaki, bahkan ekspor Sumber Daya Alam (SDA) seperti hasil pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan.
Sementara Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia Teuky Riefky menyebut, ketergantungan terhadap komoditas berisiko bagi Indonesia. "Risiko jangka menengah panjang, bisa saja kita tidak bisa keluar dari jebakan middle income trap," kata dia.
Untuk itu, pemerintah perlu melakukan diversifikasi sumber pertumbuhan. Dalam hal ini, yang bisa digenjot, setidaknya dalam jangka menengah, adalah revitalisasi sektor manufaktur.
Baca Juga: Jelang Tapering, Pasar Obligasi Masih Cetak Rekor Tertinggi
Namun, untuk mencapai ini memang menghadapi banyak tantangan. Yang diperlukan adalah mendorong investasi dengan membuat iklim bisnis yang lebih baik.
Perdagangan yang mengandalkan ekspor komoditas ini tetap membuat neraca perdagangan Oktober 2021 positif.
Perkiraan Faisal, neraca perdagangan Oktober surplus sebesar US$ 3,95 miliar, lebih kecil dari surplus pada bulan September 2021 yang sebesar US$ 4,37 miliar.
Sementara Teuku Riefky memperkirakan surplus neraca dagang Oktober sebesar US$ 4 miliar hingga US$ 4,1 miliar. Adapun David Sumual memperkirakan, dengan pertumbuhan impor 7,24% mtm neraca perdagangan Oktober bisa surplus US$ 4 miliar.
Selanjutnya: Bursa Senin (15/11) segera dibuka, cek rekomendasi saham untuk dibeli hari ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News