kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.948.000   47.000   2,47%
  • USD/IDR 16.541   37,00   0,22%
  • IDX 7.538   53,43   0,71%
  • KOMPAS100 1.059   10,21   0,97%
  • LQ45 797   6,35   0,80%
  • ISSI 256   2,43   0,96%
  • IDX30 412   3,30   0,81%
  • IDXHIDIV20 468   1,72   0,37%
  • IDX80 120   1,05   0,88%
  • IDXV30 122   -0,41   -0,34%
  • IDXQ30 131   0,79   0,61%

SBY: Presiden yang anti kritik, simpan bom waktu


Jumat, 05 September 2014 / 22:15 WIB
SBY: Presiden yang anti kritik, simpan bom waktu
ILUSTRASI. Aktor Ryeo Un dalam peran di drama Korea terbarunya berjudul The Secret Romantic Guesthouse yang merupakan drakor sageuk dengan genre komedi romantis.


Sumber: Kompas.com | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku bersyukur mendapatkan kritik dari pers selama 10 tahun masa jabatannya. Menurut dia, seorang pemimpin tidak boleh anti terhadap kritik. Pemimpin yang anti-kritik, sebut Presiden, hanya akan menyimpan bom waktu.

"Pemimpin yang pantang dikritik dan menolak kebebasan pers dan hanya menerima serba baik sama saja menyimpan bom waktu," ujar Presiden SBY dalam peluncuran buku "SBY dan Kebebasan Pers" di Hotel Grand Hyatta, Jakarta, Jumat (4/9/2014).

Presiden mengungkapkan, pemimpin yang pantang dikitik cenderung akan terlena karena  merasa seolah-olah semua orang menyukai dan mendukungnya. 

"Lalu tergoda dengan kedudukan. Itulah kisah tragis di mana-mana terutama yang menganut sistem otoritarian yang pemimpinnya menolak kritik," ujar Presiden SBY.

Oleh karena itu, ia mengaku bersyukur telah dikritik media selama 10 tahun ini. Menurut Presiden, karena hampir setiap hari mendapat kritikan, bom waktu itu tidak terbentuk. 

"Karena kritik dari pers juga saya bisa bertahan sampai saat ini," kata dia.

SBY pun bercerita di balik kritik yang dilontarkan media terhadap dirinya kadang kala direspons sang istri, Ani Yudhoyono. 

"Bu Ani sering bilang ini kok keras betul kadang-kadang berlebihan. Itu biasa, tetapi over all saya yang mengucapkan terima kasih. Teman-teman pers membantu saya untuk tidak abuse of power," kata dia.

Adapun, buku SBY dan Kebebasan Pers adalah kumpulan testimoni dari sejumlah pekerja media massa. Editor dari buku itu, Agus Sudibyo menyebutkan testimoni dari para pimpinan pers dan media tidak hanya berisikan pujian tetapi juga kritik. (Sabrina Asril)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×