Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) makin anjlok. Senin (17/10), rupiah Jisdor berada di level Rp 15.480 per dolar AS setelah melemah 0,58%. Rupiah Jisdor ini adalah yang paling buruk sejak 27 April 2020 di Rp 15.591 per dolar AS.
Sejalan, rupiah di pasar spot pun terus melemah. Hari ini, rupiah spot ditutup melemah 0,39% ke Rp 15.488 per dolar AS. Posisi paling lemah sejak 16 April 2020.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan, kebijakan moneter yang bisa digunakan Bank Indonesia (BI) untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, salah satunya dengan mengintervensi rupiah melalui cadangan devisa dan dengan kebijakan suku bunganya.
Menurutnya, Bank Indonesia sudah tidak bisa lagi berbagi beban (burden sharing) dengan pemerintah pada tahun depan. Lantaran di 2023 adalah momentum pemerintah untuk kembali ke jalur normal, sejalan dengan defisit fiskal yang dipatok kembali di bawah 3% terhadap Produk Domestik bruto (PDB).
Baca Juga: Ekonom: Ke Depan, Surplus Neraca Perdagangan Akan Berkurang
“Nampaknya (pemerintah dan BI) memang tidak akan melakukan burden sharing di 2023, karena ada target menjaga defisit di bawah 3%, sehingga tidak ada urgensi burden sharing karena peningkatan utang juga dibatasi,” tutur Riefky kepada Kontan.co.id, Senin (17/10).
Sayangnya, Riefky belum bisa memperkirakan berapa suku bunga yang harus dinaikkan pemerintah. Hal ini karena penentuan kebijakan suku bunga BI akan sangat bergantung dari seberapa agresifnya Federal Reserve atau The Fed, begitupun dengan perkiraan nilai tukar rupiah ke depannya.
“Ini sulit di estimasi. Jadi kalau per tahun ini misalnya rupiah mungkin masih bisa di atas Rp 15.000 per dollar AS, suku bunga BI masih sulit ditentukan tergantung dari seberapa agresifnya The Fed,” pungkas Riefky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News