kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Rupiah melemah, BI sudah intervensi Rp 7,1 triliun di pasar sekunder SBN


Selasa, 04 September 2018 / 15:50 WIB
Rupiah melemah, BI sudah intervensi Rp 7,1 triliun di pasar sekunder SBN
Rapat kerja Bank Indonesia dan Pemerintah dengan Badan Anggaran DPR


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa hari ini, nilai tukar rupiah merosot akibat tekanan di pasar global maupun domestik. Mengutip Reuters pukul 15.30, nilai tukar rupiah tercatat Rp 14.930 per dollar AS.

Untuk mencegah nilai tukar rupiah merosot lebih dalam, Bank Indonesia (BI) terus berada di pasar untuk menaikkan volume intervensi baik di pasar valas maupun di pasar SBN.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, sejak Jumat (31/8), BI telah masuk ke pasar sekunder.

“Kamis dan Jumat lalu maupun kemarin (Senin 3 September 2018) kami beli SBN. Jumat kami beli SBN Rp 4,1 triliun yang dijual asing. Kemarin (Senin) kami beli dari pasar sekunder Rp 3 triliun,” ujar Perry di Gedung DPR RI, Selasa (4/9).

Dengan demikian, bila dihitung, BI sudah mengeluarkan Rp 7,1 triliun untuk intervensi SBN di pasar sekunder.

Selain itu, Perry mengatakan, dengan fokus jangka pendek bank sentral yang lebih kepada stabilisasi khususnya rupiah, BI juga telah menaikkan suku bunga acuan menjadi 5,5% sejak awal tahun ini. Hal ini juga merupakan upaya stabilkan nilai tukar.

“Ini agar imbal hasil aset-aset keuangan khsusunya SBN tetapi menarik,” ucapnya

Dengan menaikkan suku bunga acuan, kata Perry, masih ada aliran modal asing yang masuk ke pasar dalam negeri pada Juli-Agustus lalu.

Sebelumnya, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengatakan tak hanya di global, pelemahan rupiah di pasar domestik disebabkan oleh pembelian valas oleh korporasi untuk impor yang masih besar.

Namun, tekanan terhadap rupiah ini utamanya dipicu oleh revisi data PDB AS triwulan II, dari 4,1% menjadi 4,2%, langkah PBOC memperlemah mata uang Yuan di tengah negosiasi sengketa dagang AS dan China yang belum tercapai, serta melemahnya mata uang Argentina Peso dan Lira Turki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×