Reporter: Indra Khairuman | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia semakin menyempit, meskipun pada awal tahun 2025 tercatat deflasi selama dua bulan berturut-turut.
Hosianna Evalita Situmorang, Ekonom Bank Danamon Indonesia, menjelaskan bahwa meskipun deflasi terjadi, tantangan yang dihadapi Bank Indonesia dalam menentukan kebijakan moneter tetap cukup besar. Ia mencatat bahwa deflasi yang tercatat pada Januari dan Februari 2025, yang masing-masing mencapai -0,76% dan -0,48% secara bulanan (MoM), tidak otomatis memberikan kesempatan yang luas untuk menurunkan suku bunga
"BI masih akan tetap cautious," ujar Hosianna kepada Kontan.co.id, Jumat (7/3). Hal ini menunjukkan pentingnya kehati-hatian dalam menghadapi situasi ekonomi yang terus berubah.
Baca Juga: Ruang Penurunan Suku Bunga BI Makin Terbuka untuk Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Lebih lanjut, Hosianna mengungkapkan bahwa arus keluar modal dan volatilitas nilai tukar rupiah menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan oleh BI. Meskipun inflasi secara keseluruhan menunjukkan angka negatif, ia menekankan bahwa ruang untuk menurunkan suku bunga acuan masih terbatas.
Menurutnya, penting bagi BI untuk mempertimbangkan stabilitas nilai tukar serta pengaruh dari kebijakan moneter global, khususnya yang berkaitan dengan arah kebijakan The Fed.
Di sisi lain, Hosianna juga menekankan pentingnya dukungan BI untuk perekonomian domestik.
"Kita tetap membutuhkan BI untuk terus mendukung aktivitas perekonomian domestik," tambah Hosianna. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat batasan dalam penurunan suku bunga, peran BI dalam mendorong pertumbuhan kredit dan investasi tetap sangat penting.
Diharapkan bahwa kebijakan likuiditas dan insentif makroprudensial dapat berkontribusi dalam mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi di tengah berbagai tantangan yang ada.
Baca Juga: ECB Pangkas Suku Bunga dan Buka Peluang untuk Pelonggaran Lebih Lanjut
Dengan proyeksi inflasi yang kemungkinan tetap di bawah target yang ditetapkan pemerintah, intervensi kebijakan menjadi sangat krusial.
Hosianna menekankan bahwa berbagai langkah, seperti pemberian diskon tarif listrik dan penerapan kebijakan PPN, dapat berkontribusi dalam meredakan tekanan harga.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa berakhirnya diskon listrik pada bulan Maret dapat menyebabkan inflasi meningkat di bulan-bulan selanjutnya, sehingga BI perlu tetap waspada dalam merumuskan kebijakan yang sesuai.
Selanjutnya: Trump Umumkan Cadangan Kripto, Investor Buy the Rumor, Sell the News
Menarik Dibaca: Ibu Melahirkan Wajib Tahu Postpartum Depression yang Beda dari Baby Blues
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News