kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Risiko Resesi Global di Depan Mata, Bagaimana Ketahanan Ekonomi Indonesia?


Rabu, 12 Oktober 2022 / 04:34 WIB
Risiko Resesi Global di Depan Mata, Bagaimana Ketahanan Ekonomi Indonesia?
ILUSTRASI. Risiko resesi global menjadi isu hangat yang dibicarakan saat ini. Bagaimana ketahanan ekonomi Indonesia? ANTARA FOTO/Aprillio Akba/foc.


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengungkapkan, ada 28 negara yang saat ini tengah mengantre untuk meminta bantuan dari Dana Moneter Internasional (IMF). 

Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto usai mengikuti Sidang Kabinet Paripurna (SKP) yang dipimpin oleh Presiden Jokowi, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (11/10/2022).

“(Sebanyak) 14 sudah masuk dan 14 dalam proses. Tentu ini magnitude-nya lebih besar daripada krisis di tahun ’98, di mana krisis di tahun ‘98 itu di beberapa negara ASEAN,” ujar Airlangga.

Terkait hal tersebut, Jokowi meminta jajarannya untuk berhati-hati dalam menyikapi ketidakpastian global yang memberikan tekanan pada pemulihan ekonomi dunia, serta meningkatkan kekhawatiran akan risiko resesi. 

“Beberapa risiko yang perlu diperhatikan, antara lain terkait dengan perubahan iklim di mana terkait dengan perubahan iklim terjadi gelombang panas dan kebakaran hutan, yaitu di Eropa, cuaca ekstrem termasuk di Amerika, permukaan air laut dan banjir, juga terkait kekeringan dan krisis pangan,” imbuhnya.

Baca Juga: Saat Dua Wanita Berpengaruh di Dunia Ini Bercengkrama Ngomongin Krisis Ekonomi Global

Selain itu, IMF juga telah memangkas proyeksi ekonomi global tahun 2022 dari 3,6% menjadi 3,2%.

Meski demikian, lanjut Airlangga, dari sisi eksternal Indonesia memiliki ketahanan yang cukup kuat. Meski nilai tukar rupiah terdepresiasi hingga 6%, namun relatif masih lebih kuat dibandingkan sejumlah negara, seperti Kanada, Swiss, Nepal, Malaysia, Thailand, dan Inggris.

“Walaupun terjadi goncangan, namun indikator eksternal kita relatif kuat," ujarnya. 

Dia menjelaskan, volatility index Indonesia berada di kisaran 30,49 atau dalam range indikasi 30. Kemudian, level indeks Exchange Market Pressure (EMP) Indonesia juga di angka 1,06 atau di bawah 1,78. 

Demikian pula dengan perbandingan credit default swap (CDS) Indonesia yang relatif lebih rendah dari Meksiko, Turki, Brazil, dan Afrika Selatan.

Baca Juga: Masih Banyak Tekanan, IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Global di 2023

Dari internal, lanjut Airlangga, ekonomi Indonesia juga relatif kuat ditopang oleh konsumsi dalam negeri. Airlangga pun optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 dapat mencapai 5,2%.

“Dari internal ekonomi kita relatif kuat karena kita punya domestic market dan sekarang konsumsi itu menjadi bagian daripada pertumbuhan ekonomi, apalagi diprediksi di tahun depan pun pertumbuhan ekonomi kita antara 4,8 sampai 5,2 (persen). Jadi tentu berbagai lembaga yang memprediksi tersebut melihat bahwa Indonesia relatif kuat,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×