kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.946.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.421   -121,00   -0,73%
  • IDX 7.465   -73,12   -0,97%
  • KOMPAS100 1.049   -9,76   -0,92%
  • LQ45 788   -9,08   -1,14%
  • ISSI 253   -2,74   -1,07%
  • IDX30 412   -0,51   -0,12%
  • IDXHIDIV20 470   2,87   0,61%
  • IDX80 118   -1,14   -0,95%
  • IDXV30 123   0,72   0,59%
  • IDXQ30 131   0,68   0,52%

Realisasi Devisa Hasil Ekspor Tersendat, Imbas Pengimpor di Luar Negeri Telat Bayar


Senin, 04 Agustus 2025 / 19:15 WIB
Realisasi Devisa Hasil Ekspor Tersendat, Imbas Pengimpor di Luar Negeri Telat Bayar
ILUSTRASI. Situasi geopolitik dan kebijakan tarif resiprokal oleh AS turut mempengaruhi realisasi devisa hasil ekspor yang disimpan di dalam negeri.ANTARA FOTO/Jojon/rwa.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengungkapkan, situasi geopolitik dan kebijakan tarif resiprokal oleh Amerika Serikat (AS) turut mempengaruhi realisasi devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA) yang disimpan di dalam negeri.

Imbas geopolitik dan kebijakan perdagangan AS, mengganggu proses pembayaran barang yang diekspor dari dalam negeri menjadi terhambat. Hal ini juga akhirnya turut menghambat besaran DHE SDA yang disimpan di dalam negeri.

Global Market Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto menilai kondisi tersebut terjadi karena permasalahan teknis, mengingat dalam beberapa bulan yang lalu kebijakan AS ini  masih terasa kontroversial.

Baca Juga: Pengimpor di Luar Negeri Telat Bayar, Bisa Mengancam Realisasi DHE SDA

“Dikarenakan uncertainty atau kepastiannya masih tinggi dan kita juga masih ada rasa khawatir kalau tarif yang kena kita itu bisa jadi tidak 10% lagi,” tutur Myrdal kepada Kontan, Senin (3/8).

Dengan adanya kesepakatan Indonesia dikenakan tarif 19%, dari sebelumnya 32%, Myrdal menyebut sinyal kepastian mulai muncul, dan akan semakin besar ketika kebijakan itu sudah mulai final disepakati.

Dengan adanya sinyal kepastian tersebut, ia berharap aka nada perkembangan terkait realisasi DHE SDA yang masuk ke dalam negeri.

“Diharapkan kembali back to normal dan DHE SDA kebijakannya itu bisa menjadi penopang buat supply dolar domestik kita. Jadi ya saya rasa sih itu hanya semacam little shockshock temporary saja yang terjadi karena pada saat itu memang ada ketidakpastian dari global terutama menyangkut aturan tarif dari Amerika,” jelasnya.

Untuk diketahui, Bank Indonesia (BI) mencatat Sepanjang Maret–April 2025, realisasi DHE SDA tercatat sebesar US$ 22,9 miliar, dari total ekspor senilai US$ 43,98 miliar.

Sementara itu, posisi cadangan devisa Indonesia sebesar US$ 152,6 miliar pada akhir Juni 2025. Angka ini naik tipis dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$ 152,5 miliar.

Baca Juga: Transaksi DHE Eksportir Melonjak US$ 1 Miliar per Hari, BI: Efek Positif PP Konversi

Sebelumnya, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menyampaikan proses pembayaran yang lambat dari pembeli para eksportir di tanah air, akhirnya membuat dana DHE SDA milik eksportir yang seharusnya disimpan di dalam negeri akhirnya berkurang.

“Ternyata pembayaran pihak pembeli di luar negeri kepada eksportir kita mengalami penundaan. Saya tadi pagi berdiskusi dengan Bank Indonesia, Bea cukai, dan konfirmasi bahwa uang ekspor kita masuknya pun mulai (melambat),” tutur Susi dalam agenda Milyader Challenges 2025, Selasa (29/7/2025).

Padahal pemerintah sudah membuat kebijakan DHE SDA yang baru, yakni eksportir diwajibkan menyimpan 100% DHE SDA nya selama 12 bulan di perbankan dalam negeri, agar cadangan devisa di dalam negeri menjadi lebih banyak. Namun nyatanya, situasi global tersebut menghambat target yang ingin dicapai pemerintah.

“Selama ini kita bayangkan (imbas dampak global) ekonomi terpengaruh, sektor perdagangan terpengaruh, ternyata ke perilaku para aktor global merubah semuanya,” lanjut Susi.

Artinya, kata Susi, tantangan perekonomian global yang penuh ketidakpastian saat ini menjadi lebih tidak mudah untuk dihadapi. Menurutnya, gejolak perekonomian global bisa menjadi cerita panjang bagaimana pengaruhnya ke biaya logistik barang ekspor impor yang bisa meningkat.

Bahkan, lanjutnya ancaman AS yang telah mengajukan tenggat waktu baru yang lebih pendek bagi Rusia untuk menyetujui gencatan senjata atas perang di Ukraina, yaitu "sepuluh atau 12 hari" terhitung sejak Senin (28/7/2025), membuat situasi perekonomian global menjadi semakin penuh ketidakpastian.

Selanjutnya: Bank Menyambut Positif Layanan Transaksi Keuangan Digital Payment ID Besutan BI

Menarik Dibaca: 5 Tanaman Pembawa Sial yang Harus Disingkirkan dari Rumah, Punya Energi Negatif!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×