Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah sudah merogoh kocek sebesar Rp 127,2 triliun pada satu bulan pertama tahun 2022 untuk belanja negara.
Bila menurut data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) edisi Februari 2021, nilai belanja negara pada awal tahun ini lebih rendah 13,0% year on year (yoy) dari realisasi belanja negara pada Januari 2021 yang sebesar Rp 146,2 triliun.
Meski menurun, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, realisasi belanja ini tetap menunjukkan bahwa APBN menjadi pelindung bagi masyarakat di tengah berbagai peristiwa yang terjadi.
Baca Juga: Sri Mulyani: Indonesia Butuh Dana Rp 3.461 Triliun untuk Turunkan Emisi Karbon
“APBN jadi pelindung masyarakat terhadap pressure (tekanan) kenaikan energi, kesehatan, guncangan global, Omicron, pemulihan yang tidak merata, dan kompleksitas kenaikan suku bunga global,” tutur bendahara negara, Selasa (22/2) dalam konferensi pers APBN KiTa.
Sri Mulyani memerinci, belanja negara pada Januari 2022 tersebut terdiri dari belanja pemerintah pusat yang digolongkan dalam belanja Kementerian/Lembaga (K/L) dan belanja non K/L serta Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD).
Belanja pemerintah pusat tercatat Rp 72,2 triliun atau turun 24,0% yoy dari realisasi pada bulan Januari 2021 yang sebesar Rp 95,1 triliun.
Baca Juga: Tutupi Gap Pendanaan non-APBN, PUPR Siapkan 30 Proyek KPBU di 2022
Ini terdiri dari Belanja K/L pada bulan Januari 2022 yang tercatat Rp 21 triliun atau merosot 54,9% yoy dari realisasi pada Januari 2021 yang mencapai Rp 48,4 triliun.
Sebaliknya, belanja non K/L tercatat Rp 50,4 triliun atau meningkat 8,1% yoy dari realisasi pada Januari 2021 yang sebesar Rp 46,6 triliun.
Sedangkan realisasi TKDD pada Januari 2022 tercatat Rp 54,9 triliun atau meningkat 7,5% yoy dari realisasi pada Januari 2021 yang sebesar Rp 51,1 triliun.
Baca Juga: Risiko Utang Menghambat Pemulihan Jangka Panjang
Ini terdiri dari Transfer ke Daerah yang sebesar Rp 54,6 triliun atau naik 8,4% yoy dan dana desa yang sebesar Rp 0,3 triliun atau menurun 54,7% yoy.
Sri Mulyani pun berharap, kinerja penyerapan belanja pada bulan-bulan berikutnya semakin baik seiring dengan akselerasi penyaluran bantuan sosial (bansos) untuk penanganan kemiskinan ekstrem.
Selain itu, belanja juga didorong oleh pelaksanaan berbagai program penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News