kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ratu Atut menolak pakai rompi tahanan di rutan


Rabu, 01 Januari 2014 / 10:30 WIB
Ratu Atut menolak pakai rompi tahanan di rutan
ILUSTRASI. Asik! Dana KJP Plus Agustus 2022 Sudah Cair, Simak Besaran yang Didapat. Tribunnew/Jeprima


Sumber: TribunNews.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pada hari terakhir tahun 2013, Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah Chasan mulai berulah di Rumah Tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur.

Tahanan titipan KPK tersebut mulai menentang perintah Kepala Rutan dengan tidak mengenakan rompi rutan sebagai mana mestinya.

Rompi berwarna oranye itu tidak dikenakan Atut, yang masih menjabat Ketua DPP Partai Golkar, melainkan hanya dipeluknya saat ia menuju lapangan tempat pertemuan kunjungan.

"Dia sekarang sudah mau ke tempat kunjungannya di lapangan. Tapi, dia masih pada songong. Kan tahanan harusnya pada pakai rompi rutan, tapi, si Ibu Gendut dari Banten ini enggak mau dipakai rompinya, dia jalan petantang-petenteng sambil memegang rompinya. Mungkin dia jijik kali yah. Tapi kan rompinya bersih, kan sering dicuci, enggak kaya rompi tahanan cowok," ujar sumber yang baru menyaksikan perilaku Atut itu kepada Tribunnews.com, Selasa (31/12/2013) kemarin.

Padahal, menurut ketentuan, setiap tahanan maupun narapida seharusnya memakai rompi tersebut saat menemui keluarga yang berkunjung.

Beberapa kamera pengintai atau CCTV di sisi blok yang terhubung dengan layar monitor Karutan menangkap pelanggaran Atut itu. Karutan pun memerintahkan anak buahnya menegur Atut dan memintanya agar mengenakan seragam tahanan tersebut. Namun, Atut tak menggubrisnya.

"Karena Karutan lihat Atut nenteng rompi, lalu ada dua sipir datangi dan teriak, 'Bu, rompinya dipakai dong'. Tapi, dia enggak mau pakai rompinya, dia melengos aja, terus rompinya cuma diselempangin ke pundak. Terus diteriakin lagi sama sipir, 'Bu, rompinya dipakai, dilihatin sama karutan'. Tapi, Bu Atut tetap enggak mau pakai rompinya," ungkapnya.

Selanjutnya, Atut tetap bisa melakukan pertemuan dengan anak-anaknya dan pengacaranya di bawah tenda. Ratu Atut Chosiyah selaku Gubernur Banten ditahan dan dititipkan pihak KPK ke Rutan Pondok Bambu sejak 20 Desember 2013. Dia menghuni sel Blok C, tempat tahanan baru menjalani proses masa pengenalan lingkungan (mapenaling) atau karantina.

Ratu Atut ditahan karena menjadi tersangka kasus suap Ketua MK Akil Mochtar terkait sengketa Pilkada Lebak, yang juga melibatkan adiknya, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan.

Kemarin, tiga anak Ratu Atut kembali mendatangi Rutan Pondok Bambu, menjelang malam Tahun Baru 2014. Anak kedua Atut, Andiara Aprillia Tomet, dan anak bungsunya, Ananda Triana Salichan, datang lebih dahulu bersama pengacara Firman Wijaya pada gelombang pertama jam kunjungan tahanan pukul 10.00 WIB.

Ada pun putra sulung Atut, Andika Hazrumy, menengok ibunya di rutan itu pada gelombang kedua jam kunjungan tahanan. Andiara dan Ananda datang ke Rutan Pondok Bambu dengan membawa travel bag.

Hampir dua jam keduanya bertemu dan berbincang dengan sang ibunda, Ratu Atut, di dalam rutan. Tak banyak pernyataan disampaikan kedua anak Atut itu saat keluar meninggal rutan."Saya cuma jenguk saja manusiawi kan. Kalau ibu nggak ada, Anda pasti juga kangen," tutur putra bungsu Atut, Ananda.

Menurut Ananda, kedatangannya kali ini untuk sekadar melepas kangen dengan Atut selaku ibunda. "Saya sebagai anak juga kangen dong," ujar Ananda.

Pengacara Atut, Firman Wijaya juga mengutarakan hal yang sama. "Biasa lah. Ini kan mau malam Tahun Baru, anak-anak besuk. Hal yang wajar dong," ujar Firman.

Atut sudah sebelas hari ditahan KPK di Rumah Tahanan Negara Pondok Bambu. Dan selama itu pula, Atut mengaku tak bisa istirahat. "Beliau kesulitan istirahat," ujar Firman Wijaya. Menurut dia, Atut kesulitan istirahat karena tak berhenti memikirkan nasib anak cucunya.

Firman mengatakan, Atut mengharapkan agar bisa sedekat mungkin dengan keluarganya. "Mungkin KPK bisa mempertimbangkannya dengan mengalihkan statusnya menjadi tahanan kota."

Firman pun mengharapkan tak ada kendala teknis ketika keluarga mau menjenguk. Atut sangat membutuhkan dukungan moril dari keluarganya.

Ia juga mengeluhkan dengan sikap Komisi Pemberantasan Korupsi yang membatasi Atut. Bahkan untuk masalah sepele, seperti makanan kesukaan.

"Kemarin anak-anaknya mengantar makanan kesukaan Atut: soto kudus. Tapi dilarang masuk. Ini kan soal selera orang, jadi tak bisa dipaksakan begitu," kata dia. (Abdul Qodir)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×