Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Gobel menerangkan, pembangunan IKN ini sangat strategis bagi kawasan timur Indonesia. “Ini akan memiliki dampak yang sangat besar. Tak hanya memberikan kemakmuran tapi juga meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di kawasan tersebut,” katanya.
Selama ini, katanya, kawasan timur paling tertinggal dibandingkan dengan kawasan barat Indonesia. Melalui pemindahan IKN ini, katanya, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, NTT, dan NTB akan sangat menikmati hasilnya. “Akan ada percepatan dan lompatan kemajuan serta kemakmuran,” katanya.
Dalam kunjungan itu, Gobel juga membahas pembangunan MRT di DKI Jakarta. Pada tahap pertama, moda transportasi massal dari Lebak Bulus ke MH Thamrin sudah beroperasi. Saat ini, sedang dalam proses untuk menyelesaikan pembangunan tahap kedua dari Thamrin ke Kota.
“Kita ingin agar ada percepatan sehingga sebelum 2024 semua proyek strategis Jepang di Indonesia sudah bisa selesai. Perlu diingat, selama pembangunan MRT ini, kita tak terkena dampak lingkungan. Jalanan tetap bersih dari debu dan ceceran tanah. Bayangkan jika debu dan ceceran tanah terjadi di jantung keramaian Jakarta. Itulah salah satu keunggulan pola kerja dan disiplin kerja yang diterapkan Jepang. Tak bikin saluran tersumbat sehingga menimbulkan banjir yang sangat merugikan masyarakat seperti yang pernah terjadi dalam pembangunan kereta cepat Jakarta-Padalarang,” katanya.
Gobel mengatakan, dalam pertemuan dengan Jepang itu, ia juga membicarakan tiga isu prioritas KTT G-20 nanti. Ketiga isu itu adalah, pertama, konektivitas dan pemulihan pasca Covid-19 (Connectivity and Post-Covid Recovery).
Baca Juga: Galang Donasi Untuk Proyek IKN
Kedua, literasi digital dan penguasaan digital (Digital Literacy and Digital Talent). Ketiga, lalu-lintas data lintas batas (Cross-Border Data Flow/Data Free Flow with Trust).
“Jepang sangat mendukung tiga isu ini untuk dibahas agar menguntungkan semua pihak. Kita perlu segera pulih dari situasi pandemi,” katanya.
Hal lain yang menjadi pembahasan, kata Gobel, mereka mendiskusikan masalah pertanian dan pangan dalam mewujudkan ketahanan pangan dunia.
“Indonesia harus menjadi bagian dalam ketahanan pangan dunia. Indonesia memiliki lahan yang subur dan luas, sumberdaya manusia, iklim yang baik, dan keanekaragaman hayati. Sedangkan Jepang mempunyai teknologi dan konsepnya,” katanya.
Akibat perubahan iklim, katanya, dunia menghadapi tantangan ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan warga dunia, seperti beberapa kali terjadi gejolak pangan dunia pada akhir-akhir ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News