kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.403.000   -6.000   -0,25%
  • USD/IDR 16.691   -3,00   -0,02%
  • IDX 8.672   -38,72   -0,44%
  • KOMPAS100 1.184   -9,10   -0,76%
  • LQ45 849   -6,20   -0,73%
  • ISSI 310   -0,84   -0,27%
  • IDX30 438   -4,20   -0,95%
  • IDXHIDIV20 508   -5,66   -1,10%
  • IDX80 132   -1,01   -0,76%
  • IDXV30 139   -1,81   -1,28%
  • IDXQ30 140   -1,54   -1,09%

Puncak Musim Hujan 2026, Ancaman Banjir dan Longsor Besar Mengintai RI


Senin, 08 Desember 2025 / 03:40 WIB
Puncak Musim Hujan 2026, Ancaman Banjir dan Longsor Besar Mengintai RI
ILUSTRASI. Guru Besar Teknik Geologi dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dwikorita Karnawati, mengungkapkan, kondisi atmosfer dan intensitas hujan yang tinggi dapat memicu bencana ekstrem di wilayah rawan.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Selain itu, pemerintah daerah diminta memastikan kesiapan rencana kontinjensi untuk menghadapi kondisi darurat, termasuk penyediaan logistik untuk tiga hingga enam hari, fasilitas pertolongan pertama, pengamanan dokumen penting warga, serta penguatan jaringan komunikasi.

Ketersediaan peralatan evakuasi dan alat berat juga sangat penting untuk mempercepat penanganan darurat di lapangan. "Semua sarana ini harus siap agar respons bisa dilakukan tanpa hambatan," imbuh dia.

Dikatakan, koordinasi lintas instansi sangat penting dalam memperkuat kesiapsiagaan. Integrasi dengan BMKG dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) termasuk dalam kemungkinan pelaksanaan operasi modifikasi cuaca, apabila diperlukan, untuk mengurangi intensitas hujan di wilayah kritis.

"Koordinasi yang kuat memungkinkan langkah-langkah pengurangan risiko berjalan lebih efektif," tambahnya.

Ia menegaskan, bencana di Sumatera harus dijadikan peringatan serius. Menurutnya, mitigasi bencana tidak boleh dilihat sebagai upaya sesaat, melainkan sebagai strategi jangka panjang yang berfokus pada perlindungan lingkungan. Pemulihan ekosistem, penataan ruang, dan pengendalian pemanfaatan lahan harus menjadi dasar dalam membangun ketahanan bencana.

"Mitigasi bencana harus berbasis pada pemulihan dan perlindungan lingkungan agar peradaban yang lebih baik dan berkelanjutan bisa terwujud," tandasnya.

Tonton: Menyalakan Kehidupan di Aceh

Mengakhiri pernyataannya, Dwikorita mengingatkan agar semua pihak bertindak cepat dan sinergis menghadapi potensi cuaca ekstrem dalam beberapa bulan ke depan. Ia menekankan bahwa atmosfer yang labil dapat memperburuk risiko di wilayah rawan jika tidak diantisipasi dengan baik.

"Kita harus bergerak sekarang sebelum curah hujan ekstrem memperbesar ancaman di daerah-daerah rentan hidrometeorologi," tutup Dwikorita.

Kesimpulan

Pesan utama Dwikorita menyoroti bahwa puncak musim hujan 2025–2026 berpotensi memicu bencana hidrometeorologi di berbagai daerah, terutama kawasan dengan lereng curam, alih fungsi lahan, dan geologi rapuh. Risiko meningkat karena tingginya curah hujan, potensi aliran debris, dan kemungkinan terbentuknya bibit siklon tropis.

Ia menekankan bahwa mitigasi tidak boleh reaktif atau sekadar respons cepat; yang dibutuhkan adalah strategi jangka panjang berbasis perlindungan lingkungan, penataan ruang, kesiapan logistik, hingga edukasi masyarakat. Koordinasi lintas instansi, kesiapan alat berat, jalur evakuasi, serta rencana kontinjensi menjadi faktor penentu agar cuaca ekstrem tidak berujung pada bencana besar.

Secara logis, pernyataan ini diarahkan untuk mengantisipasi kerentanan struktural yang selama ini berulang: lemahnya tata ruang, kerusakan ekosistem, dan respons darurat yang tidak merata kapasitasnya antarwilayah.

Artikel ini sudah tayang di Kompas.com berjudul "Puncak Musim Hujan 2025, Dwikorita: Jawa-Papua di Zona Siaga Banjir dan Longsor"

Selanjutnya: Stok BBM Normal Lagi, Tapi Harganya Naik: Ini Daftar Lengkap Shell, BP-AKR, Vivo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×