kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Puncak inflasi tahun 2020 diperkirakan terjadi di Desember


Selasa, 02 Juni 2020 / 18:32 WIB
Puncak inflasi tahun 2020 diperkirakan terjadi di Desember
ILUSTRASI. Pembeli memilih cabai merah di Pasar Induk Rau, Serang, Banten, Selasa (2/6/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi bulan Mei sebesar 0,07 persen atau turun tajam dibanding inflasi bulan Mei tahun 2019 yang mencapai 0,68 persen, sedangkan


Reporter: Bidara Pink | Editor: Adinda Ade Mustami

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Puncak inflasi tahun ii bakal bergeser dari yang biasanya terjadi pasa bulan yang bertepatan dengan ramadan dan Idul Fitri. Sehingga, Indonesia kemungkinan masih akan mencatat inflasi tinggi nanti. Meski demikian, peluang inflasi di bawah 3% untuk sepanjang tahun ini, masih terbuka lebar.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada bulan Mei 2020 sebesar 0,07%. Kondisi ini jauh berbeda dibanding inflasi bulanan yang bertepatan dengan perayaan Idul Fitri, yang biasanya menjadi periode puncak inflasi sepanjang tahun. 

Baca Juga: Tingkat inflasi Indonesia terus turun, BPS: Negara lain bahkan deflasi

Dengan posisi ini, inflasi dari awal Januari 2020 hingga Mei 2020 tercatat sebesar 0,90% year to date dan secara tahunan sebesar 2,19% year on year (yoy). 

"Pola inflasi ini tidak biasa, karena Covid-19 yang membuat adanya penurunan permintaan, yaitu adanya pembatasan aktivitas. Pendapatan masyarakat ada yang turun, sehingga permintaan juga turun," kata Kepala BPS Suhariyanto, Selasa (2/6). Selain itu, rendahnya inflasi juga dipengaruhi oleh pasokan pangan dan distribusi barang yang terjaga.

Baca Juga: BPS: Jumlah kunjungan Wisman ke Indonesia hanya 160.000 orang pada April 2020

Inflasi pada bulan Mei 2020 tersebut disokong oleh peningkatan tarif angkatan udara yang memberi andil inflasi 0,08%, bawang merah 0,06%, daging ayam ras 0,03%, dan daging sapi serta rokok kretek filter dengan andil masing-masing 0,01%. 

Sementara itu, rendahnya inflasi tersebut, disebabkan oleh menurunnya sejumlah harga komoditas, seperti cabai merah dengan sumbangan deflasi 0,07%, telur ayam ras 0,06%, bawang putih 0,05%, cabai rawit 0,03%, dan bawang bombai serta gula pasir dengan andil deflasi masing-masing 0,01%. 

Ekonom Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan Eric Sugandi melihat adanya peluang deflasi ke depan. Hal ini sejalan dengan kondisi konsumsi masyarakat yang masih rendah. 

Sementara itu, Eric memperkirakan bahwa puncak inflasi tahun ini akan terjadi pada bulan Desember mendatang. Alasannya, pada bulan tersebut masih ada momentum Natal dan tahun baru.

Selain itu, "Asumsinya kondisi ekonomi agak membaik karena Covid-19 sudah mereda," kata Eric kepada KONTAN, kemarin.

Eric memprediksi, inflasi keseluruhan tahun 2020 akan berada di kisaran 2,7% yoy-3,0% yoy bila daya beli masyarakat masih lemah. Angka ini mendekati realisasi inflasi tahun 2019 yang tercatat 2,72%, yang juga merupakan inflasi terendah sejak tahun 1999 silam.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×