Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
“Ini karena pelaku pasar masih menantikan rilis data inflasi AS serta keputusan Fed dalam rapat Federal Open Market Committee bulan ini. Pelaku pasar memperkirakan bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps, namun investor akan mencermati arah suku bunga Fed pada tahun depan yang akan mempengaruhi pergerakan dollar AS,” jelasnya.
Sehingga, meskipun kinerja neraca dagang mencatatkan surplus dalam 30 bulan berturut-turut, investor masih mencermati arah suku bunga The Fed ke depannya.
Selain itu, sekalipun Devisa Hasil Ekspor (DHE) juga cenderung meningkat, tetapi waktu penempatan di dalam negeri cenderung tidak lama karena mempertimbangkan suku bunga deposito valas di bank-bank di luar negeri seperti Singapura.
Baca Juga: Pemerintah Optimistis Ekonomi Indonesia Mampu Lewati Awan Gelap 2023
“Itu karena (penempatan deposito di bank luar negeri) cenderung lebih menarik jika dibandingkan dengan suku bunga deposito valas di perbankan domestik,” kata Dia.
Lebih lanjut, Josua menambahkan, tekanan terhadap rupiah juga diperkirakan akan mulai mereda jika arah suku bunga Fed pada tahun depan tidak seagresif kenaikan suku bunga The Fed pada tahun ini.
Selain itu, pelonggaran kebijakan Zero Covid dari pemerintah Tiongkok juga akan mendukung membaiknya sentimen risiko di pasar keuangan global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News