kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   11.000   0,75%
  • USD/IDR 15.490   -65,00   -0,42%
  • IDX 7.496   -47,74   -0,63%
  • KOMPAS100 1.161   -10,37   -0,89%
  • LQ45 930   -7,66   -0,82%
  • ISSI 225   -1,75   -0,77%
  • IDX30 479   -4,07   -0,84%
  • IDXHIDIV20 576   -4,59   -0,79%
  • IDX80 132   -1,10   -0,82%
  • IDXV30 142   -0,97   -0,68%
  • IDXQ30 160   -1,14   -0,70%

Proyeksi Neraca Perdagangan Indonesia di Bulan November 2022


Selasa, 13 Desember 2022 / 15:11 WIB
Proyeksi Neraca Perdagangan Indonesia di Bulan November 2022
ILUSTRASI. Surplus Perdagangan: Proses bongkar muat di terminal kontainer Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (22/11/2022). Proyeksi Neraca Perdagangan Indonesia di Bulan November 2022.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Neraca Perdagangan Indonesia di bulan November 2022 diprediksi masih surplus kendati mengalami penurunan.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan, surplus neraca perdagangan pada periode tersebut turun ke level US$ 5,18 miliar.

Proyeksi tersebut lebih rendah dari neraca perdagangan bulan Oktober 2022 yang sebesar US$ 5,67 miliar. 

Menurut perkiraan Josua, surplus neraca perdagangan barang pada November 2022 ini didorong oleh nilai ekspor yang lebih besar dari nilai impor. 

Kinerja ekspor diperkirakan berkisar 10,37% secara tahunan atau year on year (yoy) sementara impor diperkirakan tumbuh 3,65% yoy.

Baca Juga: Analis Rekomendasikan Beli Saham AMRT, Simak Ulasannya

Di sisi ekspor, kinerjanya ditopang oleh kenaikan harga komoditas ekspor seperti Crude Palm Oil (CPO) yang mencatatkan kenaikan rata-rata sebesar 9,38% month to month (mtm) di sepanjang periode tersebut, meskipun harga komoditas ekspor lainnya seperti batubara tercatat turun sekitar 10,73% mtm.

Selain itu, dari sisi volume ekspor, Josua menilai kinerjanya cenderung meningkat terbatas terindikasi dari peningkatan aktivitas manufaktur dari mitra dagang utama Indonesia seperti Kawasan Eropa, Tiongkok, India dan Korea.

“Potensi peningkatan ekspor Indonesia ke Tiongkok juga terindikasi dari data bea cukai Tiongkok yang mengindikasikan impor Tiongkok dari Indonesia yang meningkat,” tutur Josua kepada Kontan.co.id, Selasa (13/12).

Sementara dari sisi volume impor, kinerjanya diperkirakan ditopang oleh impor non-migas mengingat aktivitas manufaktur domestik masih tercatat dalam fase yang ekspansif. 

Sementara, impor migas cenderung menurun terbatas terindikasi dari rata-rata harga minyak mentah global yang turun sepanjang bulan November.

Baca Juga: Cek Sentimen IHSG di Pekan Ini, Begini Rekomendasi Saham Indo Premier Sekuritas

Adapun Josua menilai, nilai tukar masih cenderung bergerak di level Rp 15.600 hingga Rp 15.700 meski neraca perdagangan mencatatkan surplus karena dipengaruhi oleh sentimen yang masih mendukung penguatan dollar Amerika Serikat (AS).

“Ini karena pelaku pasar masih menantikan rilis data inflasi AS serta keputusan Fed dalam rapat Federal Open Market Committee bulan ini. Pelaku pasar memperkirakan bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps, namun investor akan mencermati arah suku bunga Fed pada tahun depan yang akan mempengaruhi pergerakan dollar AS,” jelasnya.

Sehingga, meskipun kinerja neraca dagang mencatatkan surplus dalam 30 bulan berturut-turut, investor masih mencermati arah suku bunga The Fed ke depannya. 

Selain itu, sekalipun Devisa Hasil Ekspor (DHE) juga cenderung meningkat, tetapi waktu penempatan di dalam negeri cenderung tidak lama karena mempertimbangkan suku bunga deposito valas di bank-bank di luar negeri seperti Singapura.

Baca Juga: Pemerintah Optimistis Ekonomi Indonesia Mampu Lewati Awan Gelap 2023

“Itu karena (penempatan deposito di bank luar negeri) cenderung lebih menarik jika dibandingkan dengan suku bunga deposito valas di perbankan domestik,” kata Dia.

Lebih lanjut, Josua menambahkan, tekanan terhadap rupiah juga diperkirakan akan mulai mereda jika arah suku bunga Fed pada tahun depan tidak seagresif kenaikan suku bunga The Fed pada tahun ini.

Selain itu, pelonggaran kebijakan Zero Covid dari pemerintah Tiongkok juga akan mendukung membaiknya sentimen risiko di pasar keuangan global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×