Reporter: Herlina KD | Editor: Dadan M. Ramdan
JAKARTA. Bila tidak mencapai target, pemerintah bakal merevisi target produksi minyak mentah (lifting) Indonesia dalam anggaran pendapatan dan belanja negera perubahan (APBNP) 2013. Selain itu, harga minyak mentah dunia juga cenderung naik.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, mengatakan, dalam APBN 2013, pemerintah menetapkan asumsi lifting minyak sebesar 900.000 barel per hari. Tapi, "Kalau memang (tidak tercapai) dan memang harus direvisi, itu berarti harus (diubah) melalui APBNP," ujarnya, akhir pekan lalu.
Menurut Hatta, perubahan asumsi ini otomatis bakal berdampak pada postur APBN. Karena itu, perubahan target lifting minyak tak bisa dilakukan di tengah jalan tanpa APBNP. Selain itu, menurut Hatta, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) harus realistis dalam menetapkan target lifting minyak. Tujuannya untuk mengurangi risiko asumsi meleset, sehingga postur APBN bisa terjaga.
Sebelumnya, Ketua Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Rudi Rubiandini memperkirakan, tahun ini lifting minyak mentah hanya sekitar 830.000 barel sampai 850.000 barel per hari. Alasannya, beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) sudah menurunkan target produksi minyak tahun ini.
Perusahaan yang bakal merevisi produksi tahun ini antara lain PT Chevron Pacific Indonesia. Perusahaan ini memangkas target produksi dari 330.000 barel per hari di 2012 menjadi 327.000 barel per hari tahun ini. Selain itu, Pertamina EP juga bakal mengurangi produksi minyak mentah, dari sebelumnya 130.000 barel per hari tahun lalu, menjadi 121.000 barel per hari.
Direktur Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kementerian Keuangan, Askolani, menjelaskan pemerintah belum menghitung dampak kemungkinan realisasi lifting minyak mentah tahun ini meleset. "Saat ini terlalu dini. Mungkin sekitar April-Mei baru akan dihitung ulang," ujarnya.
Askolani bilang, pemerintah masih terus mencermati kondisi makro ke depan. Belajar dari pengalaman tahun lalu, realisasi lifting minyak memang lebih rendah dari target di APBN 2012. Hanya saja, lifting minyak yang rendah itu masih bisa dikompensasi oleh pelemahan kurs rupiah dan harga minyak yang lebih tinggi dari asumsi di APBN.
Harus dikendalikan
Meski begitu ada faktor lain yang perlu dicermati, yakni potensi pembengkakan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Dalam APBN 2013, pemerintah menetapkan kuota BBM bersubsidi sebesar 46 juta kilo liter. Namun, dalam hitungan terakhir, konsumsi BBM bersubsidi diperkirakan bisa membengkak jadi 50 juta kilo liter.
Untuk mengantisipasi kondisi ini, Hatta berharap, pengendalian dengan sistem teknologi informasi bisa segera dijalankan. "Di sisi lain, diversifikasi energi juga harus dipercepat," katanya.
Tahun ini, Kementerian ESDM menargetkan penghematan BBM bersubsidi sebesar 1,3 juta kilo liter. Caranya, dengan melanjutkan program pembatasan penggunaan BBM bersubsidi untuk kendaraan dinas dan perkebunan (Permen ESDM No. 1/ 2013).
Di luar itu, Kementerian ESDM juga berencana menggunakan sistem teknologi informasi untuk mengerem kebocoran BBM bersubsidi. Lewat upaya ini, Kementerian ESDM berharap total konsumsi BBM bersubsidi yang dihemat bisa mencapai 2,3 juta kilo liter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News