kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Defisit migas sebab utama defisit perdagangan 2012


Minggu, 03 Februari 2013 / 12:06 WIB
Defisit migas sebab utama defisit perdagangan 2012
ILUSTRASI. Pekerja menggarap pembangunan kapal cepat rudal di PT PAL. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/kye/18


Reporter: Herlina KD |

JAKARTA. Pada tahun 2012 Indonesia mencatatkan defisit neraca perdagangan hingga US$ 1,63 miliar. Penyebab utama defisit ini masih tetap berasal dari tingginya defisit neraca minyak dan gas. Malahan untuk tahun ini, neraca migas diperkirakan masih bakal negatif akibat impor BBM.

Berdasarkan data BPS, sepanjang tahun 2012 impor migas Indonesia tercatat sebesar US$ 42,56 miliar, naik 4,58% ketimbang periode yang sama tahun 2011 yang sebesar US$ 40,7 miliar. Sementara itu, ekspor migas pada tahun 2012 hanya US$ 36,97 miliar, lebih rendah ketimbang tahun 2011 yang sebesar US$ 41,47 miliar. Dus, neraca migas pun defisit US$ 5,59 miliar. 

Jika dilihat lebih jauh, penurunan ekspor migas tidak hanya akibat penurunan ekspor minyak mentah, namun juga penurunan ekspor gas. Alhasil, defisit perdagangan minyak tak mampu dikompensasi oleh surplus perdagangan gas.

Impor hasil minyak pada tahun 2012 mencapai US$ 28,68 miliar atau naik ketimbang tahun sebelumnya yang sebesar US$ 28,13 miliar. Sementara itu, pada tahun 2012 ekspor gas Indonesia hanya US$ 20,5 miliar atau lebih rendah ketimbang tahun 2011 yang mencapai US$ 22,87 miliar. Sehingga, surplus neraca gas tak mampu menutup defisit neraca migas secara keseluruhan.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa memperkirakan, defisit neraca migas masih bakal berlanjut pada tahun ini. Kecuali, Indonesia bisa mengendalikan jumlah konsumsi BBM. 

Menurutnya, selain mengendalikan konsumsi BBM bersubsidi, langkah lain yang harus dilakukan adalah dengan membangun kilang minyak di dalam negeri. 

Menurutnya, jika Indonesia bisa mengolah BBM di dalam negeri, maka impor hasil minyak bakal berkurang. "Kalau kita bisa membangun refinery (kilang), saya optimis impor BBM akan berkurang," katanya Jumat malam (1/2).

Besarnya kebutuhan investasi untuk membangun kilang membuat jumlah kilang di dalam negeri sangat terbatas. Saat ini, Pertamina saja hanya memiliki enam kilang dengan total kapasitas pengolahan minyak mentah sekitar 1 juta barrel per hari. Hasilnya adalah produksi BBM sebanyak 41 juta kl per tahun yang terdiri dari premium 12 juta kl, solar 18,3 juta kl, kerosene 7 juta kl, dan avtur 3,3 juta kl.

Untuk mendorong pembangunan kilang, pemerintah sebenarnya telah memberikan insentif bagi investor yang ingin membenamkan modalnya. Catatan saja, saat ini setidaknya ada dua investor yang bakal membangun kilang di Indonesia. Kuwait Petroleum berencana membenamkan investasinya dalam pembangunan kilang minyak di Balongan milik Pertamina. Sedangkan Saudi Aramco berencana membangun kilang minyak di Tuban, Jawa Timur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×