kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prediksinya soal ekonomi kuartal I 2020 meleset, ini penjelasan Sri Mulyani


Rabu, 06 Mei 2020 / 13:34 WIB
Prediksinya soal ekonomi kuartal I 2020 meleset, ini penjelasan Sri Mulyani


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati sempat memprediksikan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2020 bakal tumbuh di level 4,5%-4,7%.

Sayangnya perkiraan tersebut jauh meleset. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 2,97% pada kuartal I-2020, turun dalam dibandingkan relisasi kuartal I-2019 yang sebesar 5,07%.

Baca Juga: Prediksi Menkeu dan Gubernur BI meleset, ekonomi hanya tumbuh 2,97% di kuartal I-2020

“Rilis pertumbuhan ekonomi dari BPS jauh lebih rendah dari yang diperkirakan karena konsumsi jatuh sekali. Dari transportasi drop. Walaupun hanya bulan Maret tapi jatuhnya lebih dalam,” kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (6/5).

Menurut Sri Mulyani, nyatanya dampak corona virus disease 2019 (Covid-19) terhadap perkonomian sudah meluas ke banyak daerah, padahal sebelumnya yang terdampak hanya di Jabodetabek.

Oleh karenanya, pemerintah akan segera mengantisipasi dampak pelemahan ekonomi di kuartal II-2020 saat ini.

“Kalau orang di rumah saja kan tidak keluar beli makan dan biaya transportasi. Kalau Rp 5.000 triliun (nominal konsumsi di Jawa) hanya di rumah saja, efeknya agak dalam. Bapak Presiden fokusnya begitu bagaimana mengurangi dampak,” kata Menkeu.

Catatan BPS, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 2,8% pada kuartal I-2020. Angka tersebut menurun tajam apabila dibandingkan dengan pertumbuhan di kuartal I-2019 yang sebesar 5,02%.

Penurunan konsumsi rumah tangga terlihat pada beberapa komponen seperti penjualan eceran terkontraksi terutama pada penjualan pakaian, bahan bakar kendaraan, peralatan informasi dan telekomunikasi serta budaya dan rekreasi.

Staf Khusus Menteri Keuangan bidang Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi, Masyita Crystallini menambahkan ke depan pemerintah akan fokus menjaga daya beli masyarakat yang mana menjadi kontributor terbesar produk domestik bruto (PDB).

Dalam hal ini kebijakan pemerintah untuk mempertahankan daya beli melalui bansos dan bantuan pemerintah lainnya yang mulai diimplementasikan di kuartal II-2020 sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

Baca Juga: Stance kebijakan masih longgar, BI: Prioritas genjot pertumbuhan ekonomi

Dalam rangka penanggulangan dampak Covid-19, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyediakan anggaran jaring pengaman sosial atau social safety net sebanyak Rp 110 triliun. Rinciannya untuk penambahan penyaluran Program Keluarga Harapan (PKH) senilai Rp 8,3 triliun, tambahan untuk sembako kepada 20 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) senilai Rp 10,9 triliun.

Ada pula Kartu Pra Kerja dengan anggaran Rp 10 triliun, diskon tarif listrik untuk pelanggan 450VA dan 900VA sebanyak Rp 3,5 triliun, tambahan insentif perumahan bagi MBR sebanyak Rp 1,5 triliun, dan program jaringan sosial lainnya yakni Rp 30,8 triliun.

Baca Juga: Saat ramalan Gubernur BI dan Menkeu Sri Mulyani meleset, kuartal I cuma tumbuh 2,97%

Selanjutnya, Kemenkeu juga mengalokasikan cadangan untuk pemulihan kebutuhan pokok dan operasi pasar/logistic senilai Rp 25 triliun, lalu penyesuaian angaran pendidikan untuk penangan Covid-19 sebanyak Rp 20 triliun.

“Kebijakan ini diarahkan untuk membantu masyarakat terdampak agar dapat menjaga pemenuhan kebutuhan pokok dalam kondisi yang sangat sulit ini,” kata Masyita kepada Kontan.co.id, Selasa (5/5).

Maysita menambahkan pemerintah akan terus menyiapkan stimulus untuk mengurangi dampak pandemi tidak hanya terhadap konsumsi masyarakat tetapi juga untuk memberi cushion pada perlambatan sektor riil dengan program penyelamatan ekonomi nasional (PEN).

Program PEN yang saat ini sedang disiapkan pemerintah diharapkan dapat membantu meringankan tekanan terhadap pelaku usaha. Menurut Maysita, pelemahan ekonomi ini akan lebih dalam di kuartal II-2020 dengan semakin meluasnya PSBB dan physical distancing.

“Akan tetapi diharapkan dapat efektif untuk mengurangi tingkat penyebaran wabah Covid-19 sehingga ekonomi dapat mulai membaikdi kuartal IV-2020. Namun, prediksi ini tentu sangat tergantung pada seberapa lama dan seberapa luasnya penyebaran wabah Covid-19 ini,” ujar Maysita.

Baca Juga: Prediksi S&P soal pertumbuhan ekonomi Indonesia 1,8% bisa jadi kenyataan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×