kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Stance kebijakan masih longgar, BI: Prioritas genjot pertumbuhan ekonomi


Rabu, 06 Mei 2020 / 11:02 WIB
Stance kebijakan masih longgar, BI: Prioritas genjot pertumbuhan ekonomi
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan konferensi pers melalui fasilitas live streaming di Jakarta, Selasa (7/4/2020).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menekankan bahwa bank sentral masih memiliki stance kebijakan yang longgar. Namun, saat ini prioritas BI adalah mendorong pertumbuhan ekonomi lewat quantitative easing (QE). 

"Saat ini yang lebih efektif menyediakan likuiditas. Kami sudah tambah Rp 503,8 triliun. Ini silakan digunakan dulu, dikucurkan dari perbankan ke sektor riil, ditambah stimulus fiskal, nanti kalau kurang itung-itungan aja. Kami siap," kata Guberur BI Perry Warjiyo, Rabu (6/5) via video conference. 

Baca Juga: Waduh, Gubernur BI ingatkan pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa lebih rendah dari 2,3%

Perry menambahkan, saat ini BI masih memiliki ruang yang longgar untuk menurunkan suku bunga. Namun, urgensi suku bunga dalam jangka pendek, yaitu untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. 

QE yang dilakukan oleh bank sentral dari Januari tahun ini hingga April 2020 terdiri dari pembelian Surat Berharga Negara (SBN) yang telah dilepas asing di pasar sekunder yang menambah likuiditas sekitar Rp 166,2 triliun. 

Selanjutnya, term repo perbankan yang dilakukan dan menambah likuiditas sebesar Rp 137,1 triliun. Ada juga penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah pada bulan Januari dan April yang memberi likuiditas sebesar Rp 53 triliun dan swap valuta asing (valas) yang menginjeksi likuiditas hingga Rp 29,7 triliun. 

Bank sentral juga sudah siap dengan tambahan likuiditas berupa penurunan GWM rupiah masing-masing sebesar 200 basis poin (bps) untuk bank umum konvensional dan 50 bps untuk Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah per 1 Mei 2020. Ini ditaksir mampu menambah likuiditas di perbankan hingga Rp 102 triliun.

Selanjutnya, ada juga peniadaan pemberlakuan kewajiban tambahan giro untuk pemenuhan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) terhadap Bank Umum Konvensional maupun Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah selama satu tahun yang mulai berlaku pada 1 Mei 2020. Usaha ini juga ditaksir mampu menambah likuiditas hingga Rp 15,8 triliun.

Baca Juga: Saat ramalan Gubernur BI dan Menkeu Sri Mulyani meleset, kuartal I cuma tumbuh 2,97%

"Nah, dari yang sudah diberikan Rp 386 triliun, dan akan ditambah QE bulan Mei sebesar Rp 117,8 triliun, maka QE keseluruhan yang dilakukan BI jumlahnya mencapai Rp 503,8 triliun," tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×