kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Prediksinya soal ekonomi kuartal I 2020 meleset, ini penjelasan Sri Mulyani


Rabu, 06 Mei 2020 / 13:34 WIB
Prediksinya soal ekonomi kuartal I 2020 meleset, ini penjelasan Sri Mulyani
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati sempat memprediksikan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2020 bakal tumbuh di level 4,5%-4,7%.

Sayangnya perkiraan tersebut jauh meleset. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 2,97% pada kuartal I-2020, turun dalam dibandingkan relisasi kuartal I-2019 yang sebesar 5,07%.

Baca Juga: Prediksi Menkeu dan Gubernur BI meleset, ekonomi hanya tumbuh 2,97% di kuartal I-2020

“Rilis pertumbuhan ekonomi dari BPS jauh lebih rendah dari yang diperkirakan karena konsumsi jatuh sekali. Dari transportasi drop. Walaupun hanya bulan Maret tapi jatuhnya lebih dalam,” kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (6/5).

Menurut Sri Mulyani, nyatanya dampak corona virus disease 2019 (Covid-19) terhadap perkonomian sudah meluas ke banyak daerah, padahal sebelumnya yang terdampak hanya di Jabodetabek.

Oleh karenanya, pemerintah akan segera mengantisipasi dampak pelemahan ekonomi di kuartal II-2020 saat ini.

“Kalau orang di rumah saja kan tidak keluar beli makan dan biaya transportasi. Kalau Rp 5.000 triliun (nominal konsumsi di Jawa) hanya di rumah saja, efeknya agak dalam. Bapak Presiden fokusnya begitu bagaimana mengurangi dampak,” kata Menkeu.

Catatan BPS, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 2,8% pada kuartal I-2020. Angka tersebut menurun tajam apabila dibandingkan dengan pertumbuhan di kuartal I-2019 yang sebesar 5,02%.

Penurunan konsumsi rumah tangga terlihat pada beberapa komponen seperti penjualan eceran terkontraksi terutama pada penjualan pakaian, bahan bakar kendaraan, peralatan informasi dan telekomunikasi serta budaya dan rekreasi.

Staf Khusus Menteri Keuangan bidang Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi, Masyita Crystallini menambahkan ke depan pemerintah akan fokus menjaga daya beli masyarakat yang mana menjadi kontributor terbesar produk domestik bruto (PDB).

Dalam hal ini kebijakan pemerintah untuk mempertahankan daya beli melalui bansos dan bantuan pemerintah lainnya yang mulai diimplementasikan di kuartal II-2020 sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

Baca Juga: Stance kebijakan masih longgar, BI: Prioritas genjot pertumbuhan ekonomi



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×