Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Corona virus disease 2019 (Covid-19) nyatanya sampai saat ini belum juga menghilang dari muka bumi. Dampaknya perekonomian dalam negeri bakal tergerus akibat konsumsi rumah tangga yang melambat, sejalan dengan arahan pemerintah dalam Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB).
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan apabila dampak pandemi tersebut berlanjut lebih dari Juni 2020 maka besar kemungkinan skenario terburuk pertumbuhan ekonomi merosot ke minus 4%.
Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani: Wabah corona memutar balik kinerja pemerintah menekan kemiskinan
Prediksi tersebut mempertimbangkan bila pusat penyebaran Covid-19 yang saat ini hanya di Jawa khususnya Jabodetabek akan meluas ke daerah luar Jawa lainnya.
Sri Mulyani menambahkan saat ini nominal konsumsi rumah tangga sebesar Rp 5.000 triliun tersendat akibat berkurangnya aktivitas ekonomi masyarakat karena PSBB.
“Tapi ini skeanrio sangat berat, bila Covid-19 terus berlangsung, dan PSBB panjang, dan tidak hanya di Jakarta,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam Rapat Kerja pihaknya dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (6/5).
Kendati begitu, Sri Mulyani menegaskan saat ini pemerintah bekerja dengan dua skenario. Di luar dari pertumbuhan ekonomi minus 0,4%, pemerintah akan tetap menjaga untuk bisa bertahan di level 2,3%.
“Saat ini kita bekerja gunakan dua skenario. Berat jika pertumbuhan ekonomi bisa tetap terjaga di kisaran 2,3%. Ini berkaitan dengan lamanya Covid menyebabkan terjadinya PSBB dan penurunan aktivitas ekonomi. Asumsi Covid capai puncak Mei dan Juni,” ujar Menkeu.
Baca Juga: Masyarakat keluhkan tagihan listrik naik, PLN: Murni karena konsumsi meningkat
Di sisi lain, Sri Mulyani menyampaikan untuk mencegah dampak Covid-19 semakin parah, Gugus Tugas Covid-19 harus terus memperingatkan agar masyarakat tidak pulang kampung. Ini untuk mewaspadai efek domino terjadinya pandemi yang bisa berpusat di luar Jabodetabek.