Reporter: Rashif Usman | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan mencapai 8% di bawah pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Terpilih Gibran Rakabuming Raka.
Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita mengatakan pernyataan Prabowo yang berjanji akan menorehkan angka pertumbuhan 8% di tahun ketiga pemerintahannya terdengar sangat diplomatis dan manis.
Pasalnya, secara empiris Jokowi yang hampir 10 tahun sudah 'jor-joran' dengan berbagai cara dan strategi untuk mengejar 7%, nyatanya yang didapat hanya di kisaran 5%.
"Prabowo yang dengan bangga menyatakan sebagai kelanjutan dari pemerintahan Jokowi juga akan terjebak dengan hal yang sama, janji pertumbuhan yang manis tapi faktanya biasanya saja," kata Ronny dalam keterangan resminya yang diterima Kontan, Senin (20/5).
Baca Juga: Curhatan Sri Mulyani Saat Hadapi Pandemi: Butuh Dana Besar, Tapi Pendapatan Turun
Ronny mengungkapkan, pemerintahan Prabowo Gibran berpotensi meneruskan tren pertumbuhan di era Jokowi, yakni terperangkap di dalam kisaran 5% apabila tidak menghadirkan strategi pembangunan yang revolusioner dan perubahan kebijakan secara signifikan.
"Pekerjaan untuk mencapai angka 8% tidaklah mudah," ucapnya.
Pemerintah harus aktif terlibat dalam membangun daya saing sektor manufaktur atau memodernisasi sektor manufaktur nasional secara serius dan signifikan agar menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi di pasar global di satu sisi dan menyerap banyak tenaga kerja di sisi lain.
Pemerintah juga harus aktif mengembangkan daya saing sektor jasa agar lebih kompetitif dan semakin besar kontribusinya kepada pertumbuhan ekonomi.
Lalu melakukan revitalisasi dan modernisasi sektor pertanian, baik untuk ketahanan pangan maupun untuk ekspor. Mengakselerasi pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) nasional agar menghasilkan angkatan kerja yang produktif dan kreatif.
Selain itu, pemerintah perlu melakukan transfer teknologi serta pengembangan teknologi domestik agar tidak semakin tertinggal dengan negara maju.
"Semua itu bisa terjadi jika dibiayai dari perpaduan investasi publik atau anggaran negara dengan investasi swasta yang besar," tegasnya.
Kemudian, secara fiskal, pemerintah harus mengefektifkan belanja dan memastikan bahwa belanja tersebut menghasilkan multiplier effect kepada perekonomian nasional.
Tak lupa, memerangi korupsi dan pungutan liar secara serius dan berkelanjutan, sehingga menurunkan tingkat Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia.
Selanjutnya, pemerintah wajib melakukan intervensi, baik fiskal maupun regulasi, kepada sektor-sektor yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
"Semua ini masih menjadi PR (Pekerjaan Rumah) yang belum jelas penyelesaiannya sampai hari ini," terangnya.
Baca Juga: Simak Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2025 yang Jadi Modal Kerja Prabowo-Gibran
Di sisi lain, ia menambahkan, angka pertumbuhan ekonomi 8% semestinya bukan untuk diumbar, tapi dijabarkan secara detail strategi dan langkah yang akan dilakukan untuk mencapainya.
Pasalnya secara teori, untuk keluar dari jebakan 5% dan keluar dari middle income trap memang angka pertumbuhan yang dibutuhkan adalah 8%.
"Indonesia tentu memiliki potensi mencapai itu, jika prakondisinya terpenuhi," tutupnya.
Sebelumnya, Presiden terpilih Prabowo Subianto optimistis bisa meraih pertumbuhan ekonomi sampai 8% pada usia 2 sampai 3 tahun pemerintahannya kelak.
"Saya sangat yakin, sudah dialog dengan para pakar. Saya mempelajari angka-angkanya. Saya sangat yakin kami akan dengan sangat mudah meraih pertumbuhan ekonomi sebesar 8%, dan saya akan berusaha keras melampauinya," ucap Prabowo dalam dialog di ajang Forum Ekonomi Qatar di Doha, Qatar, seperti dikutip dari kanal YouTube Qatar Economic Forum, Kamis (16/5).
"Saya memperkirakan itu terjadi dalam 2 sampai 3 tahun," lanjutnya.
Prabowo mengatakan, fokus pertamanya dalam pemerintahannya nanti ialah soal ketersediaan bahan pangan buat masyarakat. Setelahnya, pemerintah akan fokus pada ketahanan dan swasembada energi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News