Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyoroti indeks manufaktur Indonesia yang masih berada di zona kontraksi, dan meminta Pemerintah untuk mendorong pemulihan daya beli domestik.
Pasalnya, meskipun Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia naik ke level 49,2 pada Juli 2025, angka ini masih di bawah ambang batas ekspansi 50, menandakan aktivitas industri manufaktur masih melambat.
Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga Apindo, Sarman Simanjorang, mengatakan bahwa lemahnya daya beli masyarakat menjadi penyebab utama industri belum bergerak optimal. Ia mencontohkan, sektor makanan dan minuman (food and beverage) yang biasanya cukup tangguh, saat ini juga mengalami perlambatan penjualan.
Baca Juga: Apindo Ingin Sawit hingga Rempah RI Bebas Tarif Tinggi di AS
Sekalipun mengalami kenaikan 49,2% artinya masih di bawah 50% menandakan bahwa berbagai produk manufacturing kita masih mengalami perlambatan dalam penjualannya.
“PMI memang naik jadi 49,2, artinya masih di bawah 50% menandakan bahwa berbagai produk manufacturing kita masih mengalami perlambatan dalam penjualannya,” ujarnya kepada Kontan, Senin (4/8).
Apindo mendorong pemerintah untuk mengambil langkah-langkah strategis guna memulihkan daya beli sebagai kunci peningkatan produktivitas industri. Menurut Sarman, bantuan sosial (bansos) harus disalurkan tepat sasaran dan tepat waktu, agar dampaknya terasa langsung bagi kelompok masyarakat rentan.
Selain itu, pembukaan lapangan kerja, kelancaran pencairan jaminan sosial, serta proyek-proyek padat karya atau swakelola pemerintah dinilai penting untuk memberikan pemasukan langsung kepada masyarakat, meskipun sifatnya sementara.
Apindo juga berharap ada percepatan dalam pembangunan program SPPG MBG (Sentra Pengembangan dan Pemberdayaan Generasi Muda Berbasis Green Economy) dan Koperasi Merah Putih, yang diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
“Program pembangunan atau proyek swakelola pemerintah dapat diperbanyak untuk memperbanyak kesempatan kerja sekalipun bersifat temporery tapi ada pemasukan masyarakat,” tutup Sarman.
Sebelumnya, S&P Global mencatat PMI manufaktur Indonesia naik tipis dari 47,3 pada Juni menjadi 49,2 pada Juli 2025. Namun indeks ini sudah tiga bulan berturut-turut berada di bawah 50, mencerminkan tekanan lanjutan pada sektor industri.
Baca Juga: PMI Manufaktur Juli Naik, Kemenperin Beberkan Sentimen Positif Pendorongnya
Selanjutnya: Air Mata Perpisahan Son Heung-min, Tinggalkan Tottenham Setelah Hampir 10 Tahun
Menarik Dibaca: RUPSLB, Ini Jajaran Direksi dan Komisaris Bank Mandiri Terbaru!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News