Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Lebaran tahun ini terasa berbeda. Tak semeriah tahun-tahun sebelumnya lantaran aktivitas belanja dan daya beli masyarakat terlihat lesu.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan bahwa gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran menjadi salah satu penyebab utama turunnya daya beli masyarakat.
Data terbaru dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan, Indeks Penjualan Riil (IPR) hanya tumbuh 5,5% secara tahunan pada pada Maret 2025. Angka ini lebih rendah dari Maret 2024 yang mencapai 9,3%.
Baca Juga: Konsumsi Rumah Tangga dan Daya Beli Masyarakat Kuartal II-2025 Diperkirakan Stagnan
Sementara itu, IPR pada April 2025 diperkirakan hanya 231,1 atau terkontraksi 2,2% secara tahunan.
Josua mengatakan, konsumen kini lebih memilih menahan belanja, bahkan untuk kebutuhan pokok sekalipun.
“IPR dengan IKK itu kan biasanya sejalan, artinya selama permintaan konsumennya menurun, ataupun tadi ada kecenderungan menahan belanja ataupun dia mengurangi belanja untuk kebutuhan primernya yang lebih penting," ujar Josua dalam Media Briefing di Jakarta, Rabu (14/5).
Ia mencontohkan, penurunan penjualan mobil baru sebagai indikasi melemahnya permintaan konsumsi masyarakat. Meski tren kendaraan listrik sedang naik daun, peningkatan penjualan justru lebih terlihat pada mobil bekas, menandakan terjadinya pergeseran konsumsi ke segmen yang lebih terjangkau.
Selain itu, Josua juga mencatat bahwa fenomena downtrading terjadi secara luas akibat kondisi PHK dan pendapatan yang stagnan.
Sebagai solusi, Josua menekankan perlunya intervensi kebijakan yang menyentuh langsung masyarakat terdampak, khususnya mereka yang berpenghasilan rendah.
Baca Juga: Ekonom Perkirakan Konsumsi Rumah Tangga dan Daya Beli di Kuartal II-2025 Stagnan
Ia mendorong pemerintah mengoptimalkan belanja sosial secara tepat sasaran. Untuk kelas menengah, diperlukan penciptaan lapangan kerja baru melalui revitalisasi industri padat karya seperti tekstil, garmen, dan alas kaki yang selama satu dekade terakhir terus tergerus daya saing global.
Selain itu, Josua juga menyarankan peningkatan produktivitas di sektor pertanian sebagai opsi alih pekerjaan bagi korban PHK, meski diakuinya ini memerlukan pelatihan dan adaptasi.
Ia juga menyoroti potensi sektor pariwisata dan UMKM yang dinilai belum dimaksimalkan oleh banyak pemerintah daerah.
"Sehingga dampak dari PHK ini bisa diminimalisir agar pendapatannya tetap bisa meningkat," pungkasnya.
Selanjutnya: Libur Panjang pada Kuartal II Tak Bikin Konsumsi Masyarakat Meningkat, Kenapa?
Menarik Dibaca: Dividen Astra International (ASII) Rp 308 per saham, Potensi Yield Sekitar 6%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News