kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PMI Manufaktur meningkat pada September 2021, begini faktor penunjangnya


Jumat, 01 Oktober 2021 / 14:26 WIB
PMI Manufaktur meningkat pada September 2021, begini faktor penunjangnya
ILUSTRASI. PMI Manufaktur meningkat pada September 2021, begini faktor penunjangnya


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan mencatat indeks manajer pembelian atau Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia naik ke posisi 52,2, pada September 2021.

Ekonom Bank UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja mengatakan, penyebab naiknya dari PMI Manufaktur adalah karena adanya pelonggaran mobilitas masyarakat yang sebelumnya sempat tertekan pada Juli akibat adanya varian delta virus Covid-19.

“Jadi dengan adanya pelonggaran PPKM ini, maka akan timbul ekspektasi orang-orang sudah akan mulai belanja sehingga PMI Manufaktur ini sangat menggembirakan, karena mereka sudah siap-siap untuk kembali memutar roda perekonomian,” kata Enrico dalam diskusi virtual, Jumat, (1/10).

Baca Juga: BKF optimis pemanfaatan PEN insentif usaha akan 100% dari pagu di akhir 2021

Dengan demikian, Dia mengatakan meningkatnya PMI Manufaktur ini terlihat dari sentiment di manufaktur yang purchasing managernya melihat apakah perlu membeli supply barang saat ini atau nanti.

Sehingga jika indeksnya meningkat, hal itu dikarenakan ketika penjual membeli bahan barang saat ini yang akan di olah dan dijual dalam beberapa bulan ke depan, maka mereka percaya bahwa barang-barang yang akan dijual tersebut akan dibutuhkan dalam beberapa bulan ke depan.

Sehingga membuat mereka membeli bahan-bahan untuk dijual saat ini.

“Dengan adanya pelonggaran mobilitas dan keinginan masyarakat yang sudah kembali juga akan turut membuat produksi barang kembali meningkat untuk di konsumsi, sehingga diharapkan dapat menunjang pemulihan perekonomian Indonesia akibat pandemi Covid-19,” pungkasnya.

Selanjutnya: Banggar DPR sepakati defisit APBN 2022 Rp 868,02 triliun atau 4,85% dari PDB

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×