Reporter: kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan
Momentum dalam adegan tersebut terjadi setelah pertanggungjawaban Habibie sebagai Presiden Indonesia ditolak MPR pada 20 Oktober 1999. Di situ, Habibie menyambangi pesawat N-250.
Kutipan di atas Habibie ucapkan setelah mengusap debu yang ada di permukaan pesawat tersebut. Ketika Kompas.com sempat bertemu Habibie pada 2013, kesan yang sama masih terpancar saat bicara pesawat.
Baca Juga: BJ Habibie wafat, pemerintah serukan pengibaran bendera setengah tiang 3 hari
Menurut Habibie, momentum N-250 seharusnya sangat tepat untuk titik tolak kejayaan industri dirgantara Indonesia, andai proyek pesawat itu berjalan sesuai rencana.
Visi, tegas Habibie, yang semestinya menuntun arah langkah bangsa ini. Habibie menolak menggunakan kata “mimpi”, karena buat dia diksi itu identik dengan angan-angan.
Tapi, nasi telah menjadi bubur. Pesawat N-250, ujar dia, sudah kehilangan momentum. Perjalanan panjang mencetak generasi dirgantara yang bisa membuat sendiri pesawat terbang tersebut kandas sejalan dengan hantaman krisis moneter pada 1997-1998.
Baca Juga: Jokowi kenang BJ Habibie yang kerap memberikan solusi masalah bangsa
Pesawat N-250 yang sudah jadi pun teronggok beku di hanggar PT Dirgantara Indonesia. Penerusnya pun, pesawat bermesin jet dan berbadan lebar N-2130, tinggal rencana di atas kertas.
Pasar pesawat berpenumpang sampai 60-an orang sudah banyak pesaing dan atau tak lagi ekonomis. Bila hendak kembali berjaya di industri dirgantara, Habibie bilang, Indonesia harus membangun pesawat berkapasitas 80-90 orang.
Penulis: Ambaranie Nadia Kemala Movanita
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pesawat R80, Impian BJ Habibie yang Belum Terwujud"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News