Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
Farah menjelaskan di tahun ini ada perubahan peringkat kontribusi karena dinamisasi perkembangan sektor. Misalnya, sektor pertambangan yang berada di peringkat terbawah.
Akan tetapi, Farah menilai sektor pertambangan masih bisa berkembang sampai akhir tahun 2019 seiring dengan semakin banyaknya masuk industri pengolahan bahan tambang.
Sebab, sejauh ini sektor pertambangan masuk ke lima besar kontribusi terbanyak. “Ini membuktikan minat investor masih ada,” kata Farah.
Baca Juga: Perang dagang, Gapkindo akan manfaatkan peluang ekspor ke AS
Dalam rangka mendukung peningkatan daya saing dan investasi, pemerintah memberikan insentif perpajakan melalui beberapa instrumen.
Antara lain meliputi perluasan tax holiday, perubahan tax allowance, insentif investment allowance, insentif super deduction untuk pengembangan kegiatan vokasi dan litbang serta industri padat karya. Namun sejatinya, tren investasi mulai beralih. China nampaknya lebih memilih investasi padat modal ketimbang padat karya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani memandang secara keseluruhan tren investasi padat modal memang lebih banyak ketimbang padat karya, bahkan terindikasi sejak sepuluh tahun lalu. Terlebih saat ini memasuki industri 4.0 yang mengedepankan teknologi.
Baca Juga: Kenaikan tarif impor gerus laba, perusahaan Asia memilih pulang kampung
“Untuk itu Indonesia harus terus memperbaiki dan menyempurnakan hal-hal yang terkait dengan penciptaan iklim investasi lebih kondusif,” kata Farah.
Farah pun masih optimistis investasi dapat bergairah sampai akhir tahun 2019. Adapun target realisasi investasi PMA di tahun ini mencapai Rp 483,7 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News