Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menargetkan perundingan kerjasama dagang Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agriment (I-EU CEPA) dan Indonesia-Eurasian Economic Union Free Trade Area (I-EAEU FTA) ditargetkan rampung sepenuhnya di tahun ini.
Menteri Perdagangan, Budi Santoso bilang perundingan kedua kerjasama dagang ini telah menunjukan kemajuan signifikan. Kerjasama ini diharapkan dapat langsung diimplementasikan untuk membuka akses pasar ke Eropa dan Eurasia.
"Kami menargetkan kedua perjanjian selesai tahun ini. Kemendag yang menjadi lead dalam negosiasi ini akan memastikan penyelesaian perundingan agar manfaatnya dapat dirasakan para pelaku usaha dan masyarakat pada umumnya,” kata Budi dalam keterangan resminya, Selasa (10/6).
Budi juga mengungkapkan, I CEPA dan I-EAEU FTA akan memberi Indonesia keunggulan kompetitif dibanding negara-negara lain dan membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Baca Juga: Mendag Fasilitasi Pelaku Usaha Lokal Untuk Lakukan Ekspor
Melalui kedua kerjasama ini, akses pasar produk-produk unggulan Indonesia dengan pasar yang besar ke wilayah Uni Eropa dan Uni Ekonomi Eurasia akan semakin meningkat. Kedua perjanjian juga berpotensi mendiversifikasi pasar
ekspor Indonesia dan menjadi alternatif bagi produk yang terdampak kebijakan tarif Amerika Serikat. Budi menguraikan kedua perjanjian akan fokus pada produk manufaktur padat karya, pertanian, dan perikanan. “I-EU CEPA dan I-EAEU FTA akan menurunkan hambatan tarif dan nontarif untuk sejumlah produk ekspor Indonesia, seperti kelapa sawit, hasil pertanian, tekstil, dan elektronik sehingga dapat lebih bersaing,” tambahnya.
Menurut Budi, I-EU CEPA dan I-EAEU FTA akan membuka akses pasar bagi produk unggulan Indonesia ke wilayah berpopulasi gabungan lebih dari 600 juta jiwa dengan daya beli relatif tinggi. Uni Eropa terdiri atas 27 negara dengan hampir 450 juta jiwa, sementara Uni Ekonomi Eurasia memiliki 5 negara anggota dengan populasi 183 juta jiwa.
Lebih lanjut, Budi menyampaikan, kedua perjanjian tersebut bersifat komprehensif dan inklusif. Isu-isunya mencakup investasi; usaha mikro kecil, dan menengah (UMKM); dan keberlanjutan. Ia juga berharap, investasi ke Indonesia di sektor industri dengan teknologi maju akan meningkat melalui kedua perjanjian tersebut.
Investasi akan berkontribusi signifikan pada daya saing, perkembangan teknologi di industri domestik, hilirisasi, dan peningkatan nilai tambah produk ekspor Indonesia.
“Kedua perjanjian juga dapat mendukung ekspor UMKM Indonesia dalam program prioritas Kemendag, yaitu UMKM Berani Inovasi, Siap Adaptasi (BISA) Ekspor. Kemendag RI melalui perwakilan perdagangan di luar negeri akan memberikan asistensi langsung kepada UMKM untuk menembus pasar internasional,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag RI Djatmiko Bris Witjaksono menyatakan, kerja sama dengan Uni Eropa dan Uni Ekonomi Eurasia dirancang untuk saling mendukung dengan sejumlah elemen yang komplementer.
Sebagai contoh, perjanjian dengan Uni Eropa salah satu aspeknya adalah memastikan keseimbangan kebijakan perlindungan lingkungan dengan kegiatan perdagangan.
"Kami berharap, dua perjanjian ini dapat meningkatkan kesejahteraan, menciptakan lapangan kerja baru, mempromosikan pembangunan berkelanjutan, serta menarik investasi di berbagai sektor,”ujar Djatmiko.
Pada 2024, total perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa mencapai US$ 30,1 miliar. Ekspor Indonesia ke Uni Eropa tercatat US$ 17,3 miliar atau naik 4,01% dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, impor Indonesia dari Uni Eropa sebesar US$ 12,8 miliar, turun 9,1% dari tahun sebelumnya. Indonesia mencatatkan surplus terhadap Uni Eropa sebesar US$ 4,5 miliar.
Sementara itu, pada tahun yang sama, perdagangan Indonesia dengan Uni Ekonomi Eurasia tercatat US$ 4,1 miliar. Ekspor Indonesia ke Uni Ekonomi Eurasia tercatat sebesar US$ 1,5 miliar, naik 36% dari tahun sebelumnya.
Sedangkan, impor Indonesia dari Uni Ekonomi Eurasia tercatat sebesar US$ 2,4 miliar, turun 4% dari tahun sebelumnya. Indonesia defisit terhadap Uni Ekonomi Eurasia sebesar USD 1,1 miliar.
"Kami juga berharap, peningkatan akses pasar ke Uni Ekonomi Eurasia dapat mengurangi defisit dan menguntungkan neraca perdagangan Indonesia. Semua pihak dapat berkontribusi pada peningkatan hubungan ekonomi Indonesia dengan Uni Eropa dan Uni Ekonomi Eurasia melalui ekspor dan investasi," tutup Djatmiko.
Baca Juga: PT Gag Nikel Diberi Izin Menambang sampai 2047
Selanjutnya: KPK Kembali Periksa Petinggi BI Terkait Kasus Dugaan Korupsi Dana CSR
Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok 11-12 Juni, Status Waspada Hujan Lebat di Provinsi Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News