kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Perubahan iklim Pengaruhi ketahanan Pangan, Berikut Mitigasi dari Bapanas


Kamis, 13 Oktober 2022 / 20:10 WIB
Perubahan iklim Pengaruhi ketahanan Pangan, Berikut Mitigasi dari Bapanas
ILUSTRASI. Petani mengecek tanaman padi yang tergenang banjir di Desa Wonosoco, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (9/12/2020).


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Ketersediaan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas / NFA) Budi Waryanto menyampaikan, perubahan iklim atau krisis iklim dapat berdampak kepada ketahanan pangan dalam negeri khususnya pada komoditas yang bergantung kepada impor, seperti gula, kedelai dan bawang putih.

"Untuk komoditas daging rentan terhadap restriksi oleh eksportir luar negeri apabila menahan produknya untuk tidak ekspor, contoh India sebagai sumber daging kerbau bisa saja melakukan banned terhadap daging kerbaunya, karena untuk gandum sudah dilakukan," jelas Budi pada Kontan.co.id, Kamis (13/10).

Baca Juga: Sri Mulyani: 600 Juta Orang Bisa Menderita Akibat Ancaman Perubahan Iklim

Sementara contoh lain yaitu pada komoditas bawang dan kedelai. Menurut Budi kedua komoditas ini rentan pada perubahan iklim. Sehingga ketika produksi negara produsen terancam, maka akan berpengaruh pada ketahanan pangan Indonesia sebagai negara importir komoditas tersebut.

Untuk antisipasi jangka pendek, menurut Budi perlu ada kebijakan penguatan stok. Untuk itu saat ini Bapanas sedang melakukan penataan melalui perubahan Perpres 48 Tahun 2016 tentang Bulog, agar bulog menyediakan cadangan pangan tahap I yaitu beras, jagung, dan kedelai.

"Sementara BUMN pangan melakukan penguatan komoditas lainnya melalui penugasan oleh Kementerian BUMN," jelas Budi.

Untuk jangka menengah dan panjang pemerintah konsisten mengembangkan Food Estate yang leadernya ada di Kementerian atau lembaga (K/L) lain seperti Kemen PUPR, Kementan, dll.

Sementara Badan Pangan Nasional akan menata ekosistem pangan dari hulu hilir melalui pendekatan komprehensif dan sinergis, dengan penerapan teknologi memperpanjang umur simpan pangan, penggunan Internet of Things (IoT) dan memperkuat sinergi dengan K/L, swasta dan Pemerintah daerah mempermudah distribusi antar wilayah.

Baca Juga: Hadapi 5 Tantangan, Menko Perekonomian Menilai Ekonomi Indonesia Masih Solid

"Untuk daerah tropis Indonesia masih memiliki SDA yang cukup, jadi tinggal melakukan penataan cerdas saja," jelas Budi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×