CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Sri Mulyani: 600 Juta Orang Bisa Menderita Akibat Ancaman Perubahan Iklim


Kamis, 13 Oktober 2022 / 19:41 WIB
Sri Mulyani: 600 Juta Orang Bisa Menderita Akibat Ancaman Perubahan Iklim
ILUSTRASI. Saat ini peristiwa cuaca ekstrem lebih sering terjadi akibat pemanasan global, sehingga dapat berdampak kepada 600 juta orang. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/aww.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagai bagian dari rangkaian Pertemuan Tahunan International Monetary Fund (IMF) dan World Bank Group 2022, Koalisi Menteri Keuangan untuk Aksi Iklim mengadakan Pertemuan Tingkat Menteri ke delapan.

Dalam pertemuan tersebut, para menteri keuangan menekankan perlunya bergerak maju dengan transisi hijau sebagai bagian dari strategi pemulihan ekonomi dan pertumbuhan inklusif sambil berusaha untuk meredam dampak buruk yang dihadapi oleh kelompok masyarakat paling rentan.

Hal ini lantaran, prospek ekonomi global yang penuh ketidakpastian mengakibatkan kemunduran besar pada pemulihan ekonomi global sebagai akibat dari konflik geopolitik dan meningkatnya frekuensi serta biaya yang diakibatkan oleh bencana alam.

Baca Juga: G20 Bahas Krisis Pangan hingga Energi, Ini Aksi Kolektif Pengusaha untuk Atasi Krisis

Sri Mulyani mengatakan, situasi sekarang berbeda dengan Koalisi Menteri Keuangan untuk Aksi Iklim empat tahun lalu. Pasalnya, saat ini peristiwa cuaca ekstrem lebih sering terjadi dan naiknya permukaan laut akibat pemanasan global, sehingga dapat berdampak kepada 600 juta orang yang tinggal di wilayah pesisir.

Belum lagi dunia juga menghadapi biaya energi yang lebih tinggi, kondisi pembiayaan yang lebih ketat, dan ruang fiskal yang terbatas untuk mengelola pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

"Untuk menghindari skenario iklim terburuk diperlukan koordinasi global dalam menyediakan instrumen yang tepat termasuk untuk ketersediaan pendanaan transisi," ujar Sri Mulyani dalam rilisnya, Kamis (13/10).

Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa Koalisi Menteri Keuangan untuk Aksi Iklim akan menghasilkan laporan tentang penguatan peran kementerian keuangan para negara anggota untuk mendorong aksi iklim dan investasi menjelang COP 27. 

Laporan tersebut memberikan gambaran mengenai bagaimana para kementerian keuangan berperan untuk menciptakan lingkungan pendukung serta membenahi fungsi kebijakan makro dan fiskal agar dapat mendorong aksi iklim dan investasi.

Baca Juga: Sri Mulyani Ingatkan Dunia Sedang Berada Dalam Bahaya

Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Finlandia Annika Saarikko menyampaikan, transisi hijau menjadi cara untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada negara-negara yang memproduksi energi berbasis fosil, sehingga guncangan dari sisi energi bisa ditekan.

"Dengan transisi hijau, kita dapat lebih siap untuk menghadapi jenis krisis ini dan melindungi stabilitas masyarakat kita," kata Annika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×