CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.925   -27,00   -0,17%
  • IDX 7.217   2,50   0,03%
  • KOMPAS100 1.104   1,13   0,10%
  • LQ45 878   2,34   0,27%
  • ISSI 218   -0,10   -0,05%
  • IDX30 449   1,31   0,29%
  • IDXHIDIV20 542   2,10   0,39%
  • IDX80 127   0,15   0,12%
  • IDXV30 136   0,61   0,45%
  • IDXQ30 150   0,28   0,18%

Hadapi 5 Tantangan, Menko Perekonomian Menilai Ekonomi Indonesia Masih Solid


Kamis, 13 Oktober 2022 / 12:08 WIB
Hadapi 5 Tantangan, Menko Perekonomian Menilai Ekonomi Indonesia Masih Solid
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat pembukaan Capital Market Summit & Expo 2022 Bursa Efek Indonesia, Kamis (13/10).


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartanto menyampaikan, Indonesia harus berhati-hati karena tengah menghadapi the perfect storm yang terdiri dari lima tantangan. Mulai dari pandemi Covid-19 yang belum selesai, konflik Rusia-Ukraina yang semakin meningkat, perubahan iklim di beberapa negara termasuk Indonesia, harga komoditas yang sempat naik meski saat ini sudah agak landai, dan inflasi yang masih menjadi beban perekonomian ke depan.

Meskipun begitu, kondisi perekonomian Indonesia tergolong solid untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut. Hal itu terlihat dari ekonomi Indonesia yang masih tumbuh 5,4% secara tahunan atau (YoY) pada kuartal kedua 2022. Bank Indonesia (BI) pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2022 akan mencapai 5,5% YoY.

Tingkat inflasi Indonesia juga relatif moderat, yakni 5,95% YoY pada September 2022, sementara inflasi AS sudah di atas 8% dan Uni Eropa di atas 9%. “Ini menjadi bukti kerja sama yang baik antara sektor fiskal dan moneter,” kata Airlangga dalam acara pembukaan Capital Market Summit & Expo 2022, Kamis (13/10).

Baca Juga: IHSG Naik 0,16% ke 6.919 di Akhir Sesi I Kamis (13/10), Sektor Energi Masih Memimpin

Indikator yang memperlihatkan konsumsi dan investasi Indonesia juga masih terjaga. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September 2022 tetap berada di level optimis, yakni 117,2, meski lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 124,7. Lalu, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia mencapai 53,7 pada September 2022 atau naik dari 51,7 pada Agustus 2022. Kredit perbankan juga masih tumbuh di atas 10% yoy pada Agustus 2022.

Neraca perdagangan secara kumulatif juga mencatatkan surplus US$ 34,92 miliar pada Januari-Agustus 2022 atau tumbuh 68,6% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Pencapaian ini didukung oleh komoditas andalan Indonesia, yaitu batubara, kelapa sawit, dan nikel.

Di pasar modal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan volatilitas yang tinggi. IHSG sempat menyentuh level all-time high di 7.318 pada 13 September 2022, tetapi kini tengah terkoreksi ke bawah level 7.000.

“Meskipun begitu, return IHSG secara year to date masih di atas 5%, lebih baik dari indeks utama bursa Malaysia yang minus 11%, China minus 18%, dan AS minus 24%,” tutur Airlangga.

Baca Juga: Survei BI: Kinerja Kegiatan Dunia Usaha Melambat pada Kuartal III-2022

Airlangga menyampaikan, pemerintah akan terus menjaga navigasi ekonomi agar tetap berada di jalur tepat. Untuk tahun 2022, pemerintah menyiapkan dana Pemulihan Ekonomi Nasional sebesar Rp 445 triliun. Pemerintah menambah bantuan sosial Rp 24,17 triliun untuk menjaga daya beli.

Bantuan sosial tersebut terdiri dari Bantuan Langsung Tunai BBM sebesar Rp 12,4 triliun untuk 20,65 juta keluarga penerima manfaat dan Bantuan Subsidi Upah sebesar Rp 9,6 triliun untuk 16 juta tenaga kerja. Pemerintah daerah juga akan menggunakan anggaran sebesar 2% dari dana transfer umum yaitu Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH) dalam bentuk subsidi transportasi.

Dalam jangka panjang, pemerintah akan terus mendorong ekonomi inklusif dan implementasi UU Cipta Kerja dengan sektor antara lain percepatan digitalisasi, pemberantasan kemiskinan ekstrem, optimalisasi lembaga pengelola investasi (Indonesia Investment Authority/INA) yang sebagian besar akan melakukan investasi ke pasar modal.

Indonesia juga terus berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca untuk mencapai net zero emission di tahun 2060 atau lebih cepat. “Salah satu program yang akan diterapkan di awal adalah perdagangan karbon maupun pajak karbon yang ditargetkan berfungsi 2025,” kata Airlangga.

Baca Juga: Sri Mulyani Minta Bantuan IMF untuk Mendanai Kebutuhan Transisi Energi

Pemerintah juga mendorong percepatan pengembangan energi terbarukan untuk penyediaan tenaga listrik. Hal ini diharapkan akan mendorong pengembangan industri berbasis energi hijau. Meningkatnya jumlah investor di pasar modal juga diharapkan dapat mendorong penerapan aspek environmental, social, and corporate governance (ESG) yang lebih baik.

Airlangga mengapresiasi Otoritas Jasa Keuangan, Bursa Efek Indonesia, dan self regulatory organization (SRO) pasar modal yang terus memfasilitasi penerbitan instrumen berbasis ESG. OJK juga sudah membuat peta jalan keuanganan berkelanjutan berbasis taksonomi hijau Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×