Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pertumbuhan uang beredar dalam arti luas (M2) yang mencapai 8,3% secara tahunan (year on year/yoy) pada November 2025 mencerminkan adanya penguatan likuiditas di sistem keuangan nasional. Namun, peningkatan tersebut dinilai belum sepenuhnya mencerminkan penguatan aktivitas ekonomi riil.
Kepala Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Muhammad Rizal Taufikurahman menjelaskan, kenaikan M2 terutama ditopang peningkatan uang kuasi, khususnya simpanan berjangka dan tabungan di perbankan.
“Kondisi ini mengindikasikan bahwa pelaku ekonomi masih bersikap relatif hati-hati, dengan preferensi menyimpan dana di perbankan di tengah ketidakpastian global dan prospek permintaan domestik yang belum sepenuhnya pulih,” ujar Rizal kepada Kontan, Senin (22/12/2025).
Menurutnya, pertumbuhan M2 saat ini lebih merefleksikan akumulasi likuiditas dibandingkan ekspansi ekonomi berbasis permintaan yang kuat. Dari sisi intermediasi, transmisi likuiditas ke sektor riil juga dinilai belum optimal, tercermin dari pertumbuhan kredit yang masih moderat.
Baca Juga: BI Catat Uang Beredar Rp 9.891,6 Triliun pada November 2025, Kredit Mulai Menggeliat
Rizal menambahkan, permintaan kredit, terutama dari sektor industri pengolahan dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), masih tertahan oleh lemahnya prospek permintaan serta tingginya kehati-hatian dunia usaha. Akibatnya, meskipun likuiditas perbankan tergolong longgar, dampaknya terhadap peningkatan output dan investasi masih terbatas.
“Kontribusi M2 terhadap pertumbuhan ekonomi belum maksimal karena likuiditas tersebut belum sepenuhnya mengalir ke aktivitas produktif,” katanya.
Dari sisi makroekonomi, kondisi ini relatif menjaga stabilitas inflasi, mengingat tambahan likuiditas belum banyak beredar dalam aktivitas konsumsi dan investasi. Namun, situasi tersebut sekaligus mencerminkan adanya kesenjangan antara kapasitas likuiditas dan aktivitas ekonomi riil.
“Selama gap ini belum menyempit, pertumbuhan M2 cenderung bersifat pasif dan tidak serta-merta menjadi sinyal penguatan fundamental ekonomi,” jelas Rizal.
Ke depan, hingga akhir 2025, Rizal memperkirakan pertumbuhan M2 akan tetap berada di kisaran 8%–9% (yoy), didorong oleh faktor musiman belanja akhir tahun serta stabilitas kebijakan moneter.
Meski demikian, kata Rizal, tantangan utama ke depan adalah meningkatkan kualitas pertumbuhan M2 agar lebih ditopang oleh ekspansi kredit produktif.
Ia menekankan, penguatan transmisi kebijakan moneter, efektivitas belanja fiskal, serta perbaikan iklim usaha menjadi kunci agar likuiditas yang tersedia benar-benar mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan.
Baca Juga: Pemerintah Genjot Belanja, Uang Beredar Akan Terus Meningkat Hingga Akhir Tahun
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada November 2025 tumbuh 8,3% secara tahunan (year on year/yoy) dengan nilai mencapai Rp 9.891,6 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 7,7% (yoy) pada Oktober 2025.
"Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 11,4% (yoy) dan uang kuasi sebesar 5,9% (yoy)," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso dalam siaran pers, Senin (22/12/2025).
Dalam rinciannya M1 dengan pangsa 58,1% dari M2, pada November 2025 tercatat sebesar Rp 5.748 triliun, atau tumbuh sebesar 11,4% (yoy), meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 11% (yoy). Sedangkan uang kuasi dengan pangsa 41,4% dari M2 tercatat sebesar Rp 4.099,2 triliun atau tumbuh 5,9 (yoy).
Selanjutnya: Harga Emas Antam Sentuh Rekor Rp 2,5 Juta, Analis Proyeksi Tren Berlanjut Hingga 2026
Menarik Dibaca: Promo HokBen Hari Ibu 22-24 Desember 2025, Paket Makan Berdua Cuma Rp 30.000-an/Orang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News












