Reporter: Rashif Usman | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi Indonesia diproyeksi masih tumbuh positif pada 2024. Menurut proyeksi beberapa lembaga internasional seperti IMF, World Bank, ADB, OECD dan Fitch Ratings, ekonomi Indonesia bisa tumbuh di level sekitar 5% tahun ini.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai level 5%-5,2% di tahun ini. Dia menyebut, pertumbuhan tersebut bakal ditopang investasi hilirisasi mineral dan pertanian.
"Selain itu, faktor pendorongnya adalah sektor konsumsi termasuk makanan dan minuman," kata David kepada Kontan.co.id, Selasa (2/4) malam.
David menambahkan bahwa efek pemilu satu putaran membuat mayoritas korporasi mulai meningkatkan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) di kuartal II-2024. Kendati demikian, kinerja korporasi juga kemungkinan masih terkendala permintaan global yang lemah.
"Kemudian masih menunggu kebijakan dan program pemerintahan berikutnya," ucapnya.
Baca Juga: Ekonomi Indonesia Diramal Tumbuh Sekitar 5% di 2024, Manufaktur Jadi Penopang Utama
Pada kesempatan yang berbeda, Chief Economist Citibank NA Indonesia (Citi Indonesia) Helmi Arman menyampaikan, sektor penopang pertumbuhan ekonomi tahun ini berasal dari industri manufaktur, terutama logam dasar. Dirinya menilai nilai tambah (added value) dari sektor tersebut selalu bertambah setiap tahunnya.
"Jadi kalau 2-3 tahun lalu Indonesia mengekspor nikel dalam bentuk stainless steel dan nikel pig iron, selama 1-2 tahun terakhir value added sudah mulai meningkat lagi ke logam yang kandungan nikelnya lebih tinggi seperti produk nikel sulfat dan nikel matte," kata Helmi.
Selain manufaktur, lanjutnya, sektor energi intensif seperti pulp and paper juga bakal menjadi salah satu penopang perekonomian Indonesia. Pasalnya, sejak perang Rusia-Ukraina sejumlah industri kertas di Eropa banyak yang tutup sehingga kebutuhan akan produk tersebut mengharuskan impor dari berbagai negara termasuk Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News