kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.919.000   11.000   0,58%
  • USD/IDR 16.334   41,00   0,25%
  • IDX 7.268   76,13   1,06%
  • KOMPAS100 1.032   5,20   0,51%
  • LQ45 783   3,83   0,49%
  • ISSI 241   4,01   1,69%
  • IDX30 405   2,46   0,61%
  • IDXHIDIV20 465   1,48   0,32%
  • IDX80 116   0,54   0,47%
  • IDXV30 118   -0,26   -0,22%
  • IDXQ30 129   0,84   0,65%

Pertamina Siap Cari Pinjaman untuk Kilang Bojanegara


Senin, 23 Februari 2009 / 17:19 WIB


Reporter: Gentur Putro Jati | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. PT Pertamina (Persero) bersiap mencari pinjaman untuk pembangunan kilang pengolahan bahan bakar minyak (BBM) Bojanegara, Banten.

Direktur Pengolahan Pertamina Rukmi Hadihartini mengatakan feasibility study yang sudah dilakukan konsorsium menunjukkan bahwa proyek tersebut layak dikembangkan. Usai menyelesaikan studi tersebut, konsorsium akan membuat perhitungan investasi akhir atau Final Investment Decision (FID).

"Kemarin kita sudah pembicaraan final kebutuhan investasinya. Jadi diharapkan minggu-minggu ini kita sudah bisa melangkah lebih lanjut lagi untuk mencari pendanaannya," kata Rukmi, Senin (23/2). Namun, Rukmi belum bisa memastikan dari mana pendanaan tersebut akan dicari Pertamina.

"Satu yang sudah pasti itu pasokan minyaknya 150.000 barel dari Iran. Untuk yang 150.000 barel berikutnya kita belum dapat," tandasnya.

Kilang Banten dibangun perusahaan dari tiga negara yakni Indonesia (Pertamina), Iran (NIORDC), dan Malaysia (Petrofield). Iran sudah menyanggupi memasok minyak mentah sebanyak 150.000 barel per hari dari kapasitas total 300.000 barel per hari.

Dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR pada 10 Februari 2009 lalu, Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan menjelaskan setidaknya ada dua kendala utama bagi perseroan dalam membangun kilang minyak baru.

Pertama, adalah besarnya biaya investasi. Karen menyebut untuk kapasitas kilang yang dapat memproduksi 200.000 barel per hari dibutuhkan investasi di atas US$ 2 miliar. Ditambah lagi perlunya jaminan suplai minyak jangka panjang setidaknya untuk 20 tahun.

"Maka untuk mengurangi risiko dan supaya Pertamina dapat menjalankan bisnis yang lain, maka pembangunan kilang lebih baik dilakukan dengan membentuk perusahaan patungan," kata Karen.

Kedua, keuntungan yang diperoleh dari bisnis kilang sangat kecil. Investment rate return (IRR)-nya hanya 12%, sehingga seharusnya pemerintah melihat pembangunan kilang bukan sebagai kegiatan bisnis semata tetapi juga sebagai upaya menjaga ketahanan stok BBM nasional. "Sehingga pemerintah dapat memberikan insentif perpajakan untuk meringankan biaya investasi," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×