kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.243   97,00   0,63%
  • IDX 7.905   76,26   0,97%
  • KOMPAS100 1.208   12,11   1,01%
  • LQ45 980   9,43   0,97%
  • ISSI 230   1,69   0,74%
  • IDX30 500   4,71   0,95%
  • IDXHIDIV20 602   4,65   0,78%
  • IDX80 137   1,32   0,97%
  • IDXV30 141   0,53   0,38%
  • IDXQ30 167   1,08   0,65%

Pertamina Beli Minyak Rusia, Ini Kemungkinan Dampaknya ke Hubungan dengan AS


Kamis, 01 Agustus 2024 / 20:22 WIB
Pertamina Beli Minyak Rusia, Ini Kemungkinan Dampaknya ke Hubungan dengan AS
ILUSTRASI. Pekerja berjalan di kapal tongkang akomodasi (Barge 222) Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022). Perusahaan minyak dan gas (migas) milik negara, PT Pertamina Tbk dikabarkan tengah membeli minyak mentah dari Rusia.


Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan minyak dan gas (migas) milik negara, PT Pertamina Tbk dikabarkan tengah membeli minyak mentah dari Rusia. Harga minyak Rusia yang lebih murah dibandingkan dengan harga minyak di pasar international menjadi salah satu pertimbangan Indonesia impor dari negara tersebut.

Meski harga minyak Rusia lebih murah ketimbang harga minyak internasional, keputusan Pertamina mengimpor dari Moskow juga perlu dipertimbangkan dampak politiknya bagi hubungan Indonesia dengan dunia barat, khususnya Amerika Serikat. 

Pengamat Energi dari Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro mengatakan, selama ini isu utama dari rencana pembelian minyak dari Rusia adalah efeknya terhadap hubungan diplomatik Indonesia dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa.

"Dengan membeli minyak dari Rusia seolah-olah Indonesia mendukung adanya invasi ke Ukraina," sebutnya kepada KONTAN, Kamis (1/8/2024).

Baca Juga: Kebutuhan Domestik Tinggi, Tapi Persaingan Bisnis Petrokimia Semakin Ketat

Menurut Komaidi, jika hal ini dianggap sebagai dukungan terhadap Rusia yang melakukan invasi ke Ukrania dan dikhawatirkan berdampak pada penolakan barang-barang asal Indonesia di pasar global.

"Itu yang selama ini menjadi isu utamanya, bukan masalah spesifikasi minyak mentah sesuai dengan kondisi kilang milik Pertamina. Nanti ada sentimen negatif terhadap produk Indonesia," jelasnya.  

Meski demikian, Komaidi bilang, kekhawatiran tersebut tidak perlu berlebihan. Sebab, pembelian minyak Rusia kapasitasnya hanya kepentingan bisnis, bukan kaitannya dengan perang Rusia-Ukrania.

"Pertamina beli minyak Rusia bukan diartikan mendukung Rusia invasi ke Ukraina, hanya urusan bisnis saja kita butuh minyak dari sumber-sumber yang lebih murah," ujarnya.

Baca Juga: 2 Risiko yang Muncul Jika Pemerintah Ingin Membeli Minyak Rusia

Lantas, bagaimana pengaruhnya terhadap hubungan diplomatik Indonesia dengan Amerika Serikat? Sejatinya, karena pembelian minyak itu adalah urusan bisnis, kemungkinan akan menimbulkan ketengangan dengan negara barat juga tak begitu mendasar. "Saat ini China dan India juga membeli minyak dari Rusia," sebut  Komaidi.

Menurut dia, dalam kaitannya dengan opsi pembelian minyak Rusia, Pertamina bisa mendapatkan harga yang bagus karena dijanjikan mendapat pemotongan harga hingga 30% dari harga minyak internasional.

"Soal spesifikasi minyak juga bukan masalah lagi, karena kilang-kilang terbantu Pertamina sudah dengan teknologi yang mampu mengolah berbagai macam bahan baku minyak mentah," papar 

Untuk diketahui, Terakhir kali Pertamina membeli minyak Sokol dan campuran Siberia Timur lebih dari 10 tahun lalu. Beberapa bulan setelah pasukan Rusia menginvasi Ukraina, Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk mempertimbangkan dan menyusul Tiongkok juga India yang membeli minyak dari Rusia.

Pertamina telah menambahkan dua jenis minyak Rusia, seperti Ural dan Sokol bersama dengan minyak lainnya ke dalam daftar tender untuk pembelian pada bulan September 2024 seperti dilansir dari laman The Moscow Times. Hanya saja, hingga saat ini hasil pemenang tender pembelian minyak tersebut belum diumumkan. 

Corporate Secretary PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Hermansyah Y Nasroen saat dikonfirmasi, tidak menjelaskan secara detail mengenai penawaran lelang untuk pembelian minyak dari Rusia tersebut, teramsuk siapa pemenangnya.

Baca Juga: Pembelian Minyak Murah dari Rusia Sulut Pro-Kontra

"Kami selalu memastikan selalu melakukan pembelian minyak mentah sesuai kebutuhan spesifikasi masing-masing kilang dan mematuhi ketentuan yang berlaku, termasuk jika itu dari Rusia dilakukan dengan mekanisme price cap," katanya kepada KONTAN, Kamis (1/8/2024).

Adapun mekanisme price cap adalah suatu pengaturan harga maksimum yang diizinkan untuk suatu produk atau komoditas tertentu. Dalam konteks perdagangan minyak mentah Rusia, mekanisme tersebut mengatur minyak hanya dapat dijual di bawah batas harga tertentu.

Sedangkan, tujuan dari mekanisme tersebut adalah untuk membatasi pendapatan negara penjual, dalam hal ini Rusia dan memastikan perdagangan tetap berlangsung dengan harga yang terkontrol. Sayang, Hermansyah tidak menjelaskan berapa banyak minyak yang akan diimpor dari Rusia untuk penawaran tender pada September mendatang

Baca Juga: Jokowi Berencana Beli Minyak Mentah Rusia, Ini Kata Ekonom

Sebelumnya, pada Desember 2022, negara-negara Barat menetapkan batas harga minyak Rusia sebesar US$ 60 atau Rp 972.837 per barel untuk mencoba meminimalkan aliran pendapatan Moskow menyusul invasi negara itu ke Ukraina.

Batasan harga tersebut juga melarang perusahaan pelayaran, asuransi, dan reasuransi menangani kargo minyak mentah Rusia di seluruh dunia, kecuali jika dijual dengan harga di bawah batasan harga tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×