Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. S&P Global mencatat, Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Juni 2023 berada di level 52,5. Angka ini meningkat 2,2 poin jika dibandingkan pada bulan sebelumnya yang tercatat 50,3.
Head of Industry & Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan, PMI Manufaktur Indonesia yang meningkat pada periode tersebut menunjukkan bahwa sektor manufaktur masih berekspansi.
Hanya saja, ekspansi ini masih didorong permintaan dari dalam negeri, sementara permintaan dari luar negeri justru masih merosot.
Dendi menyebut, permintaan dari luar negeri atau ekspor justru mengalami tekanan lantaran negara-negara tujuan ekspor terutama di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa mengalami resesi.
Hal ini tercermin dari andalan ekspor Indonesia ke negara tersebut yang mengalami pertumbuhan negatif ekspor pada bulan April 2023, seperti ekspor garmen yang terkontraksi sebesar -48,7% dan plywood (triplek) yang terkontraksi -57,7%.
"Jadi sektor manufaktur yang berorientasi pada ekspor memang tertekan," ujar Dendi kepada Kontan.co.id, Senin (3/7).
Baca Juga: Pengusaha Proyeksikan PMI Manufaktur Juli 2023 Menurun
Namun demikian, sektor manufaktur yang berorientasi domestik justru membaik lantaran permintaan domestik yang masih menguat. Misalnya saja untuk industri otomotif, di mana penjualan mobil per bulannya mencapai 80 ribu hingga 90 ribu mobil dan sudah mencapai level penjualan seperti sebelum pandemi Covid-19.
Tidak hanya itu, Dendi melihat, industri yang terkait program hilirisasi juga terus mengalami pertumbuhan yang konsisten tinggi, seperti industri nikel.
Kemudian, industri lain yang masih relatif bagus adalah industri makanan minuman (mamin). Menurutnya, permintaan domestik pada industri tersebut masih cukup bertahan lantaran daya beli yang baik dan juga kelompok penduduk Indonesia yang relatif didominasi usia muda yang konsumtif.
"Jadi penting untuk menjaga inflasi dan optimisme masyarakat akan prospek ekonomi ke depan sehingga daya beli dan belanja terjaga," katanya.
Baca Juga: Aktivitas Pabrik di Asia Merosot pada Bulan Juni
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News