Reporter: Ferrika Sari, Tendi Mahadi | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis asuransi penyakit kritis diperkirakan akan meningkat karena potensi pasarnya masih besar. Hal ini ditunjang oleh gaya hidup masyarakat Indonesia yang membutuhkan asuransi sebagai proteksi diri. Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu menyebut, banyak anggota asosiasi sudah banyak menjual produk asuransi penyakit kritis sejak tahun 1990-an. “Dengan kondisi itu kemungkinan tren produk ini bisa saja naik, kalau melihat lifestyle masyarakat Indonesia dan kondisi pasar yang cukup besar,” kata Togar kepada Kontan.co.id, Minggu (21/7).
Menurut Togar, penyakit kritis yang dikover beragam mulai dari ginjal, paru-paru, HIV/AIDS dan lain-lain. Itu bergantung dari produk asuransi serta penyakit yang dikover di setiap perusahaan. Yang jelas, produk ini mengkover penyakit berat dan biaya besar sehingga bisa membebani perekonomian keluarga jika tidak dipersiapkan sejak awal. Bahkan tak jarang mereka menggadaikan aset dan usaha bisnisnya untuk membayar. Maka ia menyarankan masyarakat Indonesia untuk memiliki produk asuransi ini.
Untuk membeli produk ini, Togar menyarankan nasabah untuk mempelajari dulu apa saja penyakit yang dikover. Jika produk asuransi kesehatan juga mengkover penyakit kritis, mereka cukup membeli satu produk saja. Tapi itu semua kembali pada kebutuhan tiap orang. Produk asuransi ini juga dikover oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Baik perusahaan asuransi swasta maupun BPJS Kesehatan mempunyai segmen berbeda untuk menyediakan produk ini. Khusus swasta, membidik pengobatan hingga ke luar negeri. "BPJS Kesehatan tidak mengkover pengobatan sampai ke luar negeri. Di sisi lain produk ini agak selektif target pasarnya," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News