Reporter: Asep Munazat Zatnika, Margareta Engge Kharismawati | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Tak lama setelah mendarat dari blusukannya ke tanah Sumatera, Presiden Joko Widodo (Jokowi) langsung menggelar rapat kabinet terbatas dengan sejumlah menteri, pejabat Bank Indonesia (BI), petinggi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta pejabat tinggi lainnya. Agenda rapat adalah merumuskan resep penguat rupiah.
Maklum, rupiah mulai step dan perlu perhatian ekstra. Lihat saja, kemarin, kurs tengah BI menunjukkan, rupiah berada di level 13.059 per dollar AS atau turun 0,09% dari sehari sebelumnya. Ini adalah ambang batas baru yang membuat orang ketar-ketir.
Nah, ada sejumlah rumusan resep yang disiapkan pemerintah untuk menegakkan kembali harkat rupiah. Salah satunya, kata Menko Ekonomi Sofyan Djalil, pemerintah akan menyehatkan iklim investasi untuk menyedot masuk dana asing, serta menyehatkan neraca perdagangan Indonesia.
Kementerian Keuangan, BI, OJK, dan lembaga penegak hukum juga membentuk tim gabungan penyelamat rupiah. "Supply dan demand dollar AS di dalam negeri harus dijaga, agar rupiah tak semakin tertekan," kata Bambang Brodjonegoro, Menteri Keuangan, kemarin.
Kewajiban pemakaian rupiah untuk bertransaksi di dalam negeri sebenarnya sudah diatur di undang-undang. Tapi banyak yang membandel dan menggunakan dollar AS. Ironisnya, justru sejumlah BUMN yang melakukannya.
Pebisnis properti juga disorot karena banyak yang menggunakan dollar AS sebagai mata uang resmi transaksi properti. Bambang mencontohkan salah satunya kawasan industri di Jakarta Timur yang menetapkan tarif sewa dalam dollar AS.
Tim gabungan ini akan turun tangan menertibkan transaksi yang menggunakan dollar AS. Pun akan dibentuk call center untuk menerima laporan masyarakat jika melihat transaksi dengan dollar AS atau aksi borong valuta asing.
Tugas lain tim ini adalah membantu Kementerian Perdagangan mengawasi penerapan wajib penggunaan letter of credit (L/C) untuk ekspor mulai 1 April 2015, memetakan penggunaan L/C serta mengukur kebutuhan valas. "BI tak segan-segan intervensi, agar rupiah bergerak sesuai fundamentalnya," tambah Perry Warjiyo, Deputi Gubernur BI.
Namun, sejumlah kalangan menilai berbagai upaya itu belum tentu efektif. Resep ini ibarat obat gosok yang hanya meredakan sejenak gejolak rupiah.
Agustinus Prasetyantoko, Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN), meragukan pengendalian transaksi valas di dalam negeri berdampak signifikan untuk penguatan rupiah. Ia setuju, rupiah bisa berotot jika arus modal asing makin deras, terutama dana investasi ke sektor riil. Persoalannya, mengundang mereka tak gampang dan perlu waktu lebih panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News