kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Per 19 Juli 2021, BI sudah beli SBN di pasar perdana sebesar Rp 124,13 triliun


Kamis, 22 Juli 2021 / 16:06 WIB
Per 19 Juli 2021, BI sudah beli SBN di pasar perdana sebesar Rp 124,13 triliun
ILUSTRASI. BI sudah membeli SBN di pasar perdana sebesar Rp 124,13 triliun per 19 Juli 2021.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memegang teguh janjinya untuk menjalankan peran dalam pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, hingga 19 Juli 2021, BI sudah melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana sebesar Rp 124,13 triliun.

“Ini terdiri dari Rp 48,67 triliun melalui mekanisme lelang utama dan Rp 75,46 triliun melalui mekanisme greenshoe option (GSO),” ujar Perry, Kamis (22/7) via video conference.

Perry kembali menegaskan, pembelian SBN ini berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) I bersama dengan Kementerian Keuangan yang telah diperpanjang hingga 31 Desember 2021.

Baca Juga: BI kembali tahan suku bunga acuan di 3,5%, fokus jaga rupiah dan sistem keuangan

Menurutnya, partisipasi bank sentral ini merupakan bentuk koordinasi kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang erat, untuk mempercepat stimulus fiskal dan mendorong permintaan di sektor riil.

Sedangkan untuk SKB II 7 Juli 2021 yang biasa dikenal dengan kebijakan burden sharing, Perry menyebutkan, skema tersebut sudah tidak berlaku di tahun ini atau hanya berlaku di tahun 2020 (one off policy).

Lebih lanjut, selain membeli SBN di pasar perdana, BI juga telah menambah likuiditas atau quantitative easing (QE) di perbankan sebesar Rp 101,10 triliun per 19 Juli 2021.

Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa kondisi likuiditas tetap longgar, didorong oleh kebiajkan moneter yang akomodatif.

Selanjutnya: Gubernur BI sebut likuiditas perbankan sangat longgar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×