Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi Indonesia di sepanjang tahun 2020 berada di zona negatif. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang tahun lalu tumbuh minus 2,07% year on year (yoy).
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, dari sisi pengeluaran, sumber utama kontraksi di sepanjang tahun 2020 adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi dengan kontribusi terhadap kontraksi 1,63%.
“Sumber kontraksi ada di PMTB. Kemudian disusul dengan konsumsi rumah tangga yang dengan kontribusi 1,43%,” tegas Suhariyanto, Jumat (5/2) via video conference.
Terperinci, komponen investasi pada sepanjang tahun 2020 mengalami pertumbuhan minus 4,95% yoy. Penurunan investasi bisa dilihat di penjualan semen domestik yang tumbuh minus 10,38% yoy.
Baca Juga: Ekonomi Indonesia tahun 2020 minus 2,07% yoy, pertumbuhan negatif pertama sejak 1998
Tak hanya itu, volume penjualan kendaraan untuk barang modal juga terpantau minus 41,83% yoy serta nilai impor barang-barang modal yang tumbuh negatif 16,73% yoy.
Kemudian, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh minus 2,63% yoy. Kontraksi komponen ini didorong oleh masih rendahnya daya beli masyarakat.
Ini tercermin dari penjualan eceran yang tumbuh minus 12,03% yoy, impor barang konsumsi tumbuh minus 10,93% yoy, penjualan wholesale mobil penumpang dan sepeda motor terkontraksi masing-masing sebesar minus 50,49% yoy dan minus 43,54% yoy.
Baca Juga: BPS catat pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2020 minus 2,07%
Pun dengan ekspor, di sepanjang tahun lalu, ekspor terpantau tumbuh negatif 7,70% yoy. Sementara impor di sepanjang tahun 2020 tumbuh negatif 14,71% yoy.
Satu-satunya yang tumbuh positif dari sisi pengeluaran adalah konsumsi pemerintah. BPS mencatat, konsumsi pemerintah tumbuh 1,94% yoy. Namun, nampak melambat bila dibandingkan dengan tahun 2019 yang sebesar 3,26% yoy.
“Perlambatan pertumbuhan konsumsi pemerintah disebabkan perlambatan pertumbuhan belanja pegawai pada tahun 2020 yang tumbuh 1,18% yoy, lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yang tumbuh 8,49% yoy,” tandas Suhariyanto.
Selanjutnya: Fokus kebutuhan dan daya beli konsumen, Unilever (UNVR) optimistis hadapi 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News