kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Penumpang curhat, naik KRL seperti masuk koper


Rabu, 19 Februari 2014 / 15:48 WIB
Penumpang curhat, naik KRL seperti masuk koper
ILUSTRASI. Diabetes adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan peningkatan gula darah.


Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pengguna kereta listrik (KRL) Jabodetabek beranggapan, permasalahan yang terjadi pada kereta komuter merupakan masalah klasik. Sebab, masalah tersebut terus berulang tanpa ada perbaikan.

Hal itu terungkap pada diskusi yang diselenggarakan Ombudsman Indonesia, di Stasiun Juanda, Rabu (19/2/2014). Diskusi itu mempertemukan para pengguna kereta komuter dengan pengelola PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ).

Dari ragam permasalahan yang dipetakan oleh Ombudsman Indonesia, permasalahan yang kerap terjadi pada KCJ misalnya matinya AC di dalam gerbong, tidak adanya pemecah kaca dalam keadaan darurat, rute petunjuk KRL berupa nama-nama stasiun yang disinggahi, serta pengumuman yang sering tidak jelas. Permasalahan lain juga ada pada fasilitas stasiun, seperti eskalator mati dan atap bocor.

"Pertanyaan kami, butuh berapa lama menyelesaikan masalah klasik itu," tanya Haris dari komunitas pengguna jasa kereta komuter, KRLMania.

Haris menuturkan, masalah alat persinyalan rusak dan keterlambatan kereta adalah hal yang lumrah terjadi. Namun, tak ada penanganan dari pihak KCJ.

Hal yang sama juga dipertanyakan oleh Dewi, pengguna kereta komuter Bekasi-Jakarta Kota. Selain keterlambatan, pengguna kereta juga kerap diuji dengan kepadatan penumpang dalam gerbong, terutama jam sibuk pada pagi hari orang berangkat ke kantor.

"Kalau berangkat pagi, hanya Tuhan yang tahu rasanya seperti apa. Overload luar biasa," ucapnya.

Dengan kepadatan penumpang demikian, pengguna lain, Aditya, mengibaratkan masuk ke gerbong komuter bagai berada di dalam koper baju yang didesak masuk seenaknya. "Enggak ada beda manusia dengan barang. Kita manusia, tapi berdesak-desak. Saya juga kalau lagi ngepak barang berdesak-desak," katanya.

Dalam kondisi demikian, katanya lagi, banyak penumpang yang akhirnya terjatuh atau pingsan.

Direktur Komersial dan Humas PT KAI Commuter Jabodetabek Makmur Syaheran mengakui bahwa pelayanan KCJ belum maksimal. Adapun penyejuk gerbong (AC) sekitar 20 persen saat ini sedang rusak. Perihal AC rusak ini, menurutnya, terjadi karena sulitnya suku cadang yang tersedia. Tetapi, pihaknya tetap berusaha untuk mencari solusinya segera.

Pada kesempatan itu, Makmur memberikan kabar baik bahwa dalam waktu dekat akan ditambah gerbong pada rangkaian kereta. Jika biasanya satu rangkaian terdapat delapan gerbong, maka akan ditambah dua gerbong lagi dalam satu rangkaian. Namun, hal ini tidak bisa dilakukan serta-merta karena stasiun pun memerlukan penyesuaian peron.

"Paling tidak sampai akhir 2014 kita akan menambah rangkaian gerbong kereta," tuturnya.  (Fitri Prawitasari)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×