kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

KPU prediksi animo warga ikut pemilu 2014 tinggi


Jumat, 07 Februari 2014 / 16:36 WIB
KPU prediksi animo warga ikut pemilu 2014 tinggi
ILUSTRASI. Jambu biji


Sumber: TribunNews.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pemilu 2014 diprediksi meningkat dari segi partisipasi pemilih. Sejumlah hasil survei menunjukkan tingginya animo masyarakat untuk menggunakan hak suara pada 9 April 2014 sebesar 80 sampai 90 persen.

"Animo masyarakat menunjukkan, bahwa pengetahuan mereka untuk Pemilu 2014 tinggi. Tentu saja, ini satu capaian yang terus kita usahakan meningkat dengan berbagai langkah sosialisasi," ujar komisioner KPU, Sigit Pamungkas, di Jakarta, Jumat (7/2/2014).

Menurut Sigit, tingginya animo masyarakat tidak lepas dari sosialisasi yang sudah dilakukan KPU sejak 2013, di mana terlaksana lewat pemasangan minimal tiga spanduk di setiap kecamatan. Selain lewat spanduk, KPU menyosialisasikan lewat media elektronik dan cetak.

Peningkatan sosialisasi KPU untuk Pemilu 2014 terus digeber lewat media online, dan tempat publik yang dipenuhi massa seperti cover seat kereta api. Bukan itu saja, KPU juga akan mensosialisasikan di bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi).

"Di situ ada sosialisasi tentang pemilu," ujarnya.

Dengan massifnya sosialisasi langsung ke masyarakat, diakui Sigit memang mengeluarkan banyak biaya. Ia menegaskan, sosialisasi cover seat kereta api tidak dilakukan di Kereta Rel Listrik, melainkan kereta lintas provinsi.

"Jadi strategi ini kita berbagi peran sesuai level. Kalau di KPU pusat, hanya memainkan peran-peran yang bersifat nasional, begitu juga untuk penyampaian informasinya. Kalau di provinsi maka sosialisasinya di level provinsi, sama halnya sosialisasi di level kabupaten atau kota," imbuhnya.

Opsi lain meningkatkan partisipasi pemilih, KPU melakukan pendekatan pada segmen tertentu. Misalnya, mendekati komunitas-komunitas pemilih pemula, kelompok masyarakat disabilitas, kelompok marginal, perempuan. Cara demikian lebih strategis.

"Jadi, untuk segmentasi pemilih yang ketiga ini, kita mengemas sosialisasinya dengan cara lebih menghibur, sederhana tapi fungsional. Kita upayakan mengurangi seminar-seminar dalam ruangan karena itu kurang efektif," katanya lagi. (Yogi Gustaman)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×