kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.855   57,00   0,36%
  • IDX 7.134   -26,98   -0,38%
  • KOMPAS100 1.094   -0,62   -0,06%
  • LQ45 868   -3,96   -0,45%
  • ISSI 217   0,66   0,31%
  • IDX30 444   -2,90   -0,65%
  • IDXHIDIV20 536   -4,36   -0,81%
  • IDX80 126   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 134   -2,14   -1,58%
  • IDXQ30 148   -1,23   -0,83%

Pengamat Politik Sarankan Jokowi Netral, Tak Perlu Cawe-Cawe Sebagai Negarawan


Selasa, 30 Mei 2023 / 22:58 WIB
Pengamat Politik Sarankan Jokowi Netral, Tak Perlu Cawe-Cawe Sebagai Negarawan
ILUSTRASI. Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) baiknya tak ikut cawe-cawe dalam pemilihan presiden.

Ujang menyebut, menuju akhir masa jabatannya Jokowi dinilai lebih baik jika berada di tengah.

"Alangkah baiknya Pak Jokowi menjadi negarawan saja, agar saat landing menjadi Presiden di Oktober 2024 itu nantinya dengan bagus. Di tengah saja, bijaksana saja, jadi negarawan saja itu," kata Ujang kepada Kontan.co.id, Selasa (30/5).

Ujang menyebut, jika sebagai warga negara memang tak dipermasalahkan cawe-cawe mengenai pemilihan presiden.

"Bahkan Pak Jokowi mengatakan sendiri cawe-cawe dan tidak melanggar ketentuan. Tapi saya melihatnya ketika dia sebagai warga negara dia memang berhak untuk mendukung dan memilih siapa," kata Ujang.

Baca Juga: Respon Soal Cawe Cawe Jokowi, Anies : Pemilu Harus Jujur dan Adil

Hanya saja posisi Jokowi sebagai kepala negara dinilai kurang tepat ikut cawe-cawe. Terlebih dengan posisi sebagai presiden Ujang mengatakan, tentunya memiliki kuasa. Dan dikhawatirkan kuasa yang ada bisa mempengaruhi hasil pemilu atau bisa mengkondisikan pemenangan capres dan cawapres.

"Dalam konteks tertentu pula presiden bisa menggunakan struktur atau infrastruktur negara untuk kepentingan dukung mendukung calon-calonnya itu. Kalau itu dilakukan maka itu bagian daripada abuse of power atau penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang dan itu yang tidak diharapkan," jelasnya.

Ujang menyebut, ketika kepala negara melakukan cawe-cawe terhadap pemilihan presiden bahkan menggunakan struktur dan infrastrasiktur negara maka akan menimbulkan masalah sendiri. Lawan politik pasangan yang didukung kepala negara akan merasa dicurangi dan menyebabkan permasalahan baru pasca pemilu.

Baca Juga: Tak Mau Netral, Jokowi Tegas Ikut Cawe-Cawe untuk Kepentingan Negara

"Yang menjadi persoalan ini apakah cawe-cawenya itu tidak menggunakan struktur dan infrastruktur negara? kalau itu menggunakan struktur dan infrastrasiktur negara itu akan melukai hati yang kalah. Karena yang kalah akan menganggap ini dicurangi, dikadali oleh yang namanya cawe-cawe tersebut," jelasnya.

Kembali Ujang mengingatkan agar Presiden Jokowi lebih baik netral terhadap pemilihan presiden. Posisi sebagai kepala negara menurutnya lebih tepat jika berada di tengah-tengah tidak memihak siapapun. Meski sebagai warga negara Presiden memiliki hak untuk memilih dan mendukung capres dan cawapres.

"Karena Kalau ikut cawe-cawe kekhawatirannya adalah melakukan abuse of power dalam menggunakan struktur dan infrastruktur negera untuk kepentingan politiknya," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×