kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.905.000   -23.000   -1,19%
  • USD/IDR 16.600   -70,00   -0,42%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Pengamat pesimis laju ekonomi 5,2%, ini alasannya


Selasa, 11 Juli 2017 / 23:48 WIB
Pengamat pesimis laju ekonomi 5,2%, ini alasannya


Reporter: Choirun Nisa | Editor: Yudho Winarto

Senada dengan Revrison, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati menyatakan, pendapatan masyarakat berdampak signifikan terhadap daya beli masyarakat.

"Ketika pendapatan masyarakat tidak meningkat, sementara harga kebutuhan pokok justru naik, seperti listrik dan LPG, maka masyarakat mengorbankan kebutuhan sekunder dan tersiernya. Hal ini menyebabkan ekspektasi konsumen pun menurun," jelas Enny ketika dihubungi KONTAN.

Lebih lanjut, Enny menjelaskan, jika kondisi ini berlanjut, maka pertumbuhan ekonomi di triwulan kedua tidak akan berbeda jauh dari triwulan pertama, yakni 5,01%.

"Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tak lebih dari 5%, ritel pun baru sampai 4%. Jika ritel tumbuh 6-7%, mungkin bisa sesuai prediksi pemerintah tumbuh 5,2%, tapi kenyataannya kan tidak. Masih mungkin ada kenaikan, tetapi tidak mungkin sampai angka 5,2%," ujarnya.

Senada, Revrison memperkirakan, hingga akhir tahun 2017 nanti pertumbuhan ekonomi Indonesia akan stagnan dan cenderung melemah. Hal ini, menurutnya, karena konsumsi masyarakat yang terus melemah.

"Meski belanja modal pemerintah meningkat, pertumbuhan ekonomi tidak akan meningkat karena sumbangan terbesar pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi masyarakat," jelas Revrison.

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, Menurut Revrison, pemerintah harus serius dalam penanggulangan kesenjangan yang pernah mereka bicarakan. Hal ini menurutnya adalah karena daya beli paling tinggi dilakukan oleh masyarakat kalangan bawah.

"Ketika kesenjangan bisa dikurangi, maka daya beli masyarakat akan meningkat. Jika dua hal ini tercapai, maka daya beli masyarakat dapat meningkat."

Sementara itu, menurut Enny, untuk meningkatkan daya beli masyarakat, pemerintah jangan membuat kebijakan yang aneh untuk masyarakat, misalnya harga kebutuhan pokok yang stabil kamuflase, dan pemerintah membuat sektor yang dapat membuka lapangan pekerjaan.

"Untuk konsumsi itu kan butuh pendapatan, maka harus ada pekerjaan. Jangan hanya pengangguran terbuka bergeser sedikit, tetapi ditangani dengan pekerjaan yang benar yang dibuka pemerintah," tutup Enny dalam keterangannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×