kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.693.000   3.000   0,18%
  • USD/IDR 16.345   -45,00   -0,28%
  • IDX 6.598   -37,79   -0,57%
  • KOMPAS100 949   -14,20   -1,47%
  • LQ45 740   -10,51   -1,40%
  • ISSI 206   0,15   0,07%
  • IDX30 385   -5,43   -1,39%
  • IDXHIDIV20 462   -8,12   -1,73%
  • IDX80 108   -1,53   -1,40%
  • IDXV30 112   -0,99   -0,88%
  • IDXQ30 126   -1,85   -1,44%

Pengamat Beberkan Penciptaan Lapangan Kerja Era Jokowi VS SBY, Mana Lebih Banyak?


Senin, 10 Maret 2025 / 14:56 WIB
Pengamat Beberkan Penciptaan Lapangan Kerja Era Jokowi VS SBY, Mana Lebih Banyak?
ILUSTRASI. Pekerja kelas menengah berjalan kaki menuju tempat kerjanya di Jakarta, Senin (21/10/2024). Meski membahas banyak persoalan ekonomi, dalam pidato pelantikan Presiden, Prabowo tidak menyinggung keresahan kelas menengah seperti daya beli dan jumlah kelas menengah yang turun. Saat kampanye, Prabowo janji buka 19 juta lapangan kerja baru. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/21/10/2024


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat membeberkan penciptaan lapangan kerja dalam rentang 10 hingga 20 tahun ke belakang.

Achmad menyebutkan, sepanjang era pemerintahan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atau periode 2004-2014, lapangan kerja yang tercipta di sektor formal berhasil menyerap sekitar 15,62 juta pekerja.

“Namun, pada era Joko Widodo (Jokowi) periode 2014-2024, lapangan kerja baru yang tercipta hanya berkisar 10,56 juta pekerjaan, menunjukkan penurunan dibanding periode sebelumnya,” ujarnya kepada KONTAN, Senin (10/3).

Baca Juga: Pemerintah Siapkan 21 Proyek Hilirisasi, Berdampak ke Penciptaan Lapangan Kerja?

Achmad berpandangan, penurunan tersebut dapat disebabkan oleh kesalahan prioritas kebijakan infrastruktur yang masif, di mana tidak memprioritaskan pekerja lokal. Selain itu, faktor lainnya yakni otomatisasi dan transformasi digital turut mengurangi kebutuhan tenaga kerja.

“Proyeksi penyerapan tenaga kerja tahun 2025 bergantung pada berbagai faktor, termasuk pertumbuhan ekonomi, investasi, dan kebijakan pemerintah,” terangnya.

Di samping itu, Achmad menyebutkan, sejumlah langkah strategis untuk mengatasi ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ke depan. Pertama, kebijakan ekonomi yang memprioritaskan diversifikasi ekonomi.

“Mengurangi ketergantungan pada sektor tertentu dengan mendorong pertumbuhan di berbagai sektor ekonomi,” sebutnya.

Baca Juga: Danantara Kantongi US$ 20 Miliar, Potensi Besar Dongkrak Ekonomi dan Lapangan Kerja

Kedua, peningkatan keterampilan usia produktif dengan mengadakan pelatihan dan pendidikan vokasional untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja sesuai kebutuhan industri.

Ketiga, perlindungan pekerja informal dengan menyediakan akses ke jaminan sosial dan program perlindungan bagi pekerja di sektor informal.

Keempat, inovasi dan teknologi dengan mendorong adopsi teknologi dan inovasi untuk menciptakan peluang kerja baru dan meningkatkan produktivitas.

“Dengan pendekatan komprehensif dan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, tantangan ketenagakerjaan dapat diatasi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” tandasnya.

Baca Juga: Kemenperin: Lapangan Kerja Tumbuh 1 Juta, PHK 48 ribu

Selanjutnya: Harga Minyak Anjlok, Ketidakpastian Tarif Membuat Investor Gelisah

Menarik Dibaca: Jadwal Imsak dan Buka Puasa Ramadan 2025 Kota Surabaya dan Sekitarnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×