Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Lesunya dunia usaha membuat pemerintah harus memutar otak mencari sumber penerimaan pajak. Apalagi, lesunya ekonomi di kuartal pertama diperkirakan berlanjut.
Pemerintah mencatat, hingga akhir April, realisasi penerimaan pajak baru mencapai Rp 286,8 triliun, masih jauh dari target yang diusung pemerintah. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2015, target penerimaan pajak sebesar Rp 1.284 triliun.
Menurut salah satu tim ekonomi Wakil Presiden Jusuf Kalla, Wijayanto Samirin, untuk memenuhi target penrimaan tahun 2015, memang tidak mudah. Tetapi pemerintah harus mulai bergerak agar target tidak meleset.
Diantaranya, menggenjot penagihan pajak bagi Wajib Pajak. Sebab, pemerintah tidak mungkin lagi jika harus memanfaatkan penerimaan pajak dari industri yang tengah melambat. "Data penjualan produk masih mengindikasikan pelambatan ekonomi sepanjang kuartal pertama 2015," ujar Wijayanto, Senin (4/5) ketika dihubungi KONTAN.
Namun, dibanding kondisi tahun lalu, penerimaan pajak ini masih lebih baik. Dia bilang, sampai 30 April 2015, realisasi penerimaan pajak penghasilan (PPh) diluar sektor minyak dan gas lebih tinggi 1,75% dibanding realisasi tahun lalu dalam periode yang sama.
Gap penerimaan pajak keseluruhan tercatat 4,26% dibanding tahun lalu. "Gap menyempit dibanding Maret, artinya ada percepatan realisasi," kata Wijayanto.
Sementara itu, ekonom Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Latif Adam mengatakan, penerimaan negara memang terancam tidak tercapai. Nah, untuk itu pemerintah harus segera merealisasikan berbagai kebijakan yang selama ini diwacanakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News