Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) semakin membesar, yaitu mencapai Rp 457,67 triliun hingga November.
Hal ini sejalan dengan proyeksi (outlook) defisit anggaran yang menurut pemerintah berada dalam rentang 2% - 2,2% dari PDB, lebih lebar dari target dalam APBN 2019 yang sebesar 1,84% dari PDB.
Baca Juga: Tahun 2020, investasi asuransi jiwa diramal tumbuh 7%
Kendati realisasi penerbitan SBN telah jauh melampaui pagu, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Luky Alfirman memastikan kinerja pembiayaan masih berjalan sesuai rencana.
“Kita masih bekerja untuk pembiayaan dengan skenario defisit 2%-2,2% PDB. Semua masih on-track,” ujar Luky kepada Kontan.co.id, Selasa (26/11).
Pada pertengahan tahun, Kemenkeu menetapkan proyeksi (outlook) defisit anggaran mengalami pelebaran menjadi Rp 310,81 triliun atau 1,93% dari PDB.
Baca Juga: Pemerintah akan benahi pengaturan pajak & retribusi daerah demi percepat investasi
Kini, perkiraan defisit anggaran semakin melebar menjadi 2%-2,2% dari PDB. Dengan perkiraan tersebut, defisit APBN 2019 diperhitungkan sekitar Rp 322,08 triliun sampai Rp 354,29 triliun.
Sementara dari sisi pembiayaan utang melalui SBN, pemerintah menetapkan pagu Rp 389 triliun dalam APBN. Namun, pagu tersebut terus dinaikkan hingga Rp 446,5 triliun dan realisasinya kini telah melampaui pagu terbaru tersebut.
Baca Juga: Pemerintah akan benahi pengaturan pajak & retribusi daerah untuk percepat investasi
Luky memastikan, pemerintah selalu memperhitungkan risiko dalam melakukan penarikan utang, terutama melalui penerbitan SBN.
“Di samping melihat faktor cost of fund, kita juga selalu memperhitungkan risiko yang tergambar dalam bagaimana kita menentukan jenis, tenor, maupun mata uang obligasi,” tutur Luky.
Baca Juga: Sepekan terakhir, BI catat outflow modal asing Rp 2 triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News