kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penerapan PPKM level tiga saat Nataru di seluruh Indonesia dinilai kurang tepat


Selasa, 23 November 2021 / 20:24 WIB
Penerapan PPKM level tiga saat Nataru di seluruh Indonesia dinilai kurang tepat
ILUSTRASI. Calon penumpang berjalan di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (17/12/2020). ANTARA FOTO/Fauzan/foc.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ahli Kesehatan Lingkungan dan Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai rencana pemberlakuan PPKM level 3 di seluruh Indonesia saat periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) kurang tepat.

Pasalnya, dengan pemberlakuan pembatasan sesuai kondisi ditiap daerah saat ini sudah sesuai. Hanya saja untuk pencegahan potensi kenaikan kasus saat Nataru yang dikhawatirkan menjadi ancaman gelombang ketiga, pemerintah cukup menambah kebijakan pengetatan mobilitas masyarakat.

"Melarang kerumunan dan keramaian itu harus, tapi itu harus sesuai dengan konteks tempatnya," kata Dicky dalam Diskusi Daring Alinea Forum, Selasa (23/11).

Dicky juga menjelaskan, penurunan level PPKM di tiap daerah saat ini merupakan buah dari partisipasi dan pengorbanan dari berbagai pihak, mulai dari masyarakat dan sektor usaha. Dengan pemberlakuan PPKM level 3 di semua daerah dikhawatirkan akan menimbulkan demotivasi di masyarakat.

Baca Juga: Rencana PPKM level 3 saat Nataru, pengusaha: Berat tapi kami mendukung

"Kalau ada daerah sudah berusaha mencapai PKM level 1, itukan bukan hanya peran pemerintah saja ada peran dunia usaha ada peran masyarakat dan sektor lain. Jadi ketika itu berhasil dilakukan ya perlu insentif atau reward bagi mereka itu harus layak tapi dengan batasan-batasan sesuai dengan leveling-nya,"imbuhnya.

Sebagai langkah antisipasi potensi gelombang ketiga perlu dilakukan satu upaya mitigasi. Diantaranya pengetatan penerapan protokol kesehatan terutama bagi daerah yang telah turun leveling namun justru mengalami penurunan kedisiplinan 5M.

Testing dan tracing juga perlu ditingkatkan meski kasus saat ini mengalami penurunan. Kemudian perlu juga adanya penguatan pintu masuk negara guna mencegah importasi varian-varian baru.

"Termasuk juga dalam hal ini vaksinasi penuh itu menjadi kunci. Ketika bicara penuh sekali lagi dosisnya harus 3 dosis sekarang. Kalau bicara konteks Indonesia harus dipercepat adalah vaksinasi pada lansia dan orang dengan komorbid," imbuhnya.

Baca Juga: UPDATE Corona Indonesia, 23 November: Tambah 394 kasus baru, tetap pakai masker

Sarman Simanjorang, Ketua Umum DPD HIPPI DKI Jakarta menuturkan pemberlakuan tersebut tentu dirasa memberatkan bagi pengusaha di tengah perekonomian yang mulai bergerak lantaran pelonggaran yang diterapkan saat ini.

Meski dinilai akan berat namun pengusaha mendukung adanya kebijakan tersebut, mengingat pemberlakuan PPKM level 3 ditujukan untuk mencegah potensi adanya gelombang ketiga pasca Nataru.

Sarman berharap ketika nantinya periode penerapan PPKM level 3 sudah berakhir, pemerintah diminta melakukan evaluasi pada kebijakan yang ditetapkan. Sarman berharap PPKM leveling dapat kembali pada tingkat yang lebih longgar seperti sebelumnya.

"Kami berharap ketika nanti setelah tanggal 2 Januari pemerintah telah melakukan evaluasi karena kami berharap bisa dikembalikan lagi ke level awal. Jadi berbagai aktivitas usaha bisa normal kembali itu menjadi harapan kami, jadi nggak lagi perpanjang level 3-nya," ujarnya.

Sarman menjelaskan, periode Nataru menjadi harapan bagi pengusaha terutama sektor pariwisata terutama di daerah untuk kembali bangkit. Adanya pembatasan pergerakan ke level tiga tentu seakan membungkus harapan para pengusaha.

Namun kembali, dengan melonjaknya kasus di negara-negara lain, Sarman menyebut sudah sepatutnya Indonesia juga meningkatkan kewaspadaan agar tak terjadi lonjakan serupa.

Selanjutnya: UPDATE Vaksinasi Covid-19 per 23 November: Ada penambahan vaksinasi 1,6 juta dosis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×