Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Kementerian Perindustrian akan libatkan 140 perusahaan dengan 409 SMK guna sukseskan pendidikan vokasi Industri di Indonesia.
Rencananya pada Jumat (28/7), Kemenperin akan meluncurkan kembali program pendidikan vokasi yang link and match antara SMK dengan industri untuk wilayah Jawa Barat, di Cikarang.
“Pada tahap ketiga ini, kami akan melibatkan sebanyak 140 perusahaan dengan 409 SMK,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulis pada Kamis (27/07).
Kegiatan tersebut nantinya akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo tersebut, akan dilakukan penandatanganan sebanyak 780 perjanjian kerja sama karena beberapa SMK dibina oleh lebih dari satu industri, sesuai dengan program keahlian yang dimiliki.
“Pada tahun 2019, kami menargetkan program pendidikan vokasi industri ini akan melibatkan sebanyak 1.775 SMK dan 355 perusahaan dengan perkiraan jumlah lulusan tersertifikasi yang dihasilkan sebanyak 845.000 orang,” tutur Airlangga.
Menperin meyakini, efek berganda dari program pendidikan vokasi adalah mampu meningkatkan kinerja industri nasional sehingga dapat memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi perekonomian nasional. Apalagi, selama ini industri merupakan penyumbang terbesar bagi PDB nasional dibanding sektor lainnya.
“Industri pengolahan non-migas telah berkontribusi sebesar 20 % bagi perekonomian nasional. Melalui pelaksanaan program vokasi industri, kami menargetkan akan naik menjadi 25 %. Saat ini, nilai kontribusi industri kita setara dengan Jerman,” papar Airlangga.
Sementara itu, berdasarkan data UNIDO, nilai tambah manufaktur di Indonesia menempati posisi 10 besar dunia. Peringkat tersebut di atas capaian Meksiko dan Spanyol, bahkan sejajar dengan Inggris.
“Kami berharap, mereka yang terlibat dalam program pendidikan vokasi bisa masuk ke industri strategis nasional dan menjadi entrepreneur dalam membangun industri kecil dan menengah (IKM),” ujar Airlangga
Airlangga menjelaskan, pendidikan merupakan salah satu pilar penting bagi pembangunan bangsa dan pemerataan ekonomi nasional. Pembekalan sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan, diharapkan mampu menjawab tantangan masa depan khususnya memacu pertumbuhan dan daya saing industri dalam negeri.
“Pengembangan pendidikan vokasi dinilai mampu menjadi solusi dalam menghadapi persaingan pasar bebas terutama Masyarakat Ekonomi ASEAN, yang membutuhkan tenaga kerja berkompetensi tinggi,” tutur Airlangga.
Maka peningkatan keterampilan SDM industri melalui pendidikan vokasi di Indonesia, akan diarahkan memiliki nilai kompetensi yang sama di tingkat regional dan global.
“Sehingga mereka juga bisa bekerja di luar negeri dan sasarannya untuk ekonomi di ASEAN akan terintergrasi karena seluruh tenaga kerjanya mampu mengisi kebutuhan di dunia industri,” imbuh Airlangga.
Lebih jauh, menurut Airlangga, pengembangan industri akan lebih mudah dijalankan karena mempunyai para pekerja yang berbakat (talent pool).
Saat ini, pelaksanaan pendidikan vokasi industri semakin populer di dunia. Contohnya Swiss, yang sukses menerapkan Dual Vocational Education and Training (D-VET) system atau model pendidikan kejuruan yang memadukan antara teori dengan praktik lapangan sehingga lulusannya siap ditempatkan di dunia kerja.
Oleh karena itu, banyak perusahaan lebih tertarik merekrut para lulusan kejuruan yang telah menguasai keahlian praktikal karena dianggap lebih siap bekerja.
“Benefit yang akan didapat dari perusahaan adalah memperoleh tenaga kerja yang sudah terdidik sehingga bisa mengefisienkan cost pelatihan karena mereka sudah bisa langsung bekerja di unit-unit produksi. Kedua-duanya mendapat win-win solution,” tegas Airlangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News