kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Pemerintah Ungkap 3 Penyebab Utama Mahalnya Harga Beras


Kamis, 07 Maret 2024 / 04:37 WIB
Pemerintah Ungkap 3 Penyebab Utama Mahalnya Harga Beras
ILUSTRASI. Harga beras disebut-sebut mencapai yang tertinggi, dengan menyentuh Rp 18.000 per kilogram (kg). KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga beras disebut-sebut mencapai yang tertinggi, dengan menyentuh Rp 18.000 per kilogram (kg). 

Berdasarkan data dari panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Rabu (6/3/2024), harga beras medium turun dibanding kemarin menjadi Rp 14.290 per kilogram. Sedangkan harga beras premium naik menjadi Rp 16.610 per kilogram. 

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Ketersediaan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Bapanas Budi Waryanto menyebutkan, terdapat sejumlah faktor yang menjadi pemicu mahalnya harga beras di Tanah Air. 

1. Adanya perubahan iklim ekstrem 

Budi mengatakan, perubahan iklim terjadi sejak Juni 2023 hingga Desember 2023 lalu, di mana tidak ada hujan selama masa tersebut. 

"Desember ada sedikit hujan, ada jeda dua minggu. Data terakhir yang kami punya, menunjukkan data seperti ini," kata Budi dalam diskusi daring bertajuk “Bahan Pokok Mahal: Pentingnya Keberlanjutan Pangan di Tengah Krisis Iklim” pada Selasa (5/3/2024). 

2. Produksi beras menurun 

Budi menunjukkan data neraca produksi-konsumsi beras per 2023 dan 2024. Tercatat bahwa produksi beras dalam tiga bulan pertama 2024, lebih rendah daripada tiga bulan pertama 2023. 

Sebanyak 1,34 juta ton beras diproduksi pada Januari 2023, dilanjut sebanyak 2,85 juta ton beras diproduksi pada Februari 2023, dan 5,13 juta ton beras diproduksi pada Maret 2023. Sementara pada Januari 2024, hanya ada produksi 0,86 juta ton beras, 1,38 juta ton beras pada Februari 2024, dan 3,54 juta ton beras diproduksi pada Maret 2024. 

"Ini yang menyebabkan, salah satunya, kami sudah antisipasi, merupakan paceklik yang luar biasa," ujar Budi. 

Baca Juga: Update Harga Pangan: Beras, Daging Ayam, Telur dan Minyak Goreng Kompak Naik Harga

"Biasanya kalau musimnya normal, Oktober-November akhir itu sudah ada penanaman hampir merata di seluruh wilayah sentra tadi," tambah dia. 

Padahal, data yang sama menunjukkan bahwa konsumsi beras selama Januari-Maret 2024 sama dengan periode yang sama pada 2023. 

"Sehingga diperkirakan bahwa pengaruh terhadap kenaikan harga ini mulai Maret pertengahan akan turun. Jadi, sekarang memang wajar kalau terjadi harga (beras) tinggi," ungkap Budi. 

Lebih lanjut, Budi menyampaikan bahwa menurut perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisik (BMKG), mulai Mei 2024 terlihat penurunan jumlah air hujan di wilayah Jawa Timur. 

"Teman-teman di Kementerian Pertanian sudah melakukan percepatan tanam untuk padi ini setelah panen sekitar Maret-April. Jadi memerlukan waktu 14 hari untuk mengolah tanah. 

Baca Juga: Bapanas: Minyak Goreng Ada Kenaikan Harga Tapi Masih Wajar

3. Masalah produktivitas petani 

Budi mengatakan, ada masalah pada produktivitas petani yang mencakup kebutuhan pupuk hingga konversi lahan. 

"Kami juga tidak menutup adanya konversi lahan. Oleh karena itu, perlu memang ke depan adanya lompatan-lompatan dalam rangka persiapan pangan pada skala lebih efisien," kata Budi. 

Misalnya, adanya sistem koordinasi penanaman antarlembaga yang sudah ditetapkan untuk menjaga produktivitas petani dan ketersediaan pangan

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "3 Penyebab Harga Beras Mahal Menurut Pemerintah, Ada Faktor Iklim"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×